Dahan pohon tanjung patah lalu jatuh melintang menutup penuh sisi kanan badan jalan pagi ini. Seorang pemotor mendadak berhenti di trotoar kiri, lalu menyeberang dan tanpa ragu menarik dahan tanjung ke taman di tepi jalan. Arus lalu lintas yang sempat tersendat, kembali mengalir lancar.
Sang Pemotor anonim itu telah menjadi salah seorang Pahlawan Jakarta pagi ini. Dia telah menyelamatkan para pengendara yang melintasi Jalan Dharmawangsa, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, lokasi dahan tanjung itu jatuh, dari kemacetan yang menyiksa di pagi hari.
Jarum jam masih menunjuk angka 5.45 waktu aku melintas di Jalan Dharmawangsa, dan menyaksikan peristiwa heroik “kecil” itu. Hari masih gelap. Rintik hujan masih membasahi jalanan. Udara dingin dan lembab.
Aku pikir, dalam kondisi cuaca seperti itu, hanya seorang berjiwa pahlawan yang mau merelakan diri untuk menyingkirkan dahan di jalanan. Dia terlihat tulus-ikhlas. Seratus persen tanpa pamrih. Pasti semata-mata karena empati dan welas asih. Tak ingin para pengendara lain mengalami kemacetan yang tak perlu di sepotong ruas jalan itu. Dia mungkin tahu persis, ruas jalan itu termasuk titik macet di jam sibuk pagi hari.
Aku tak bisa menyembunyikan rasa kagum pada pahlawan itu. “Itu contoh orang baik,” bisikku pada anak perempuanku yang duduk di jok sebelah dalam mobil tua kami. Aku rasa, anak perempuanku juga kagum pada pahlawan anonim itu.
Mendadak ada rasa malu terbersit dalam hatiku. Pikirku, “Pernahkah aku menyingkirkan sebongkah batu atau sepotong dahan dari jalanan Jakarta, agar tak mencelakai para pengendara yang lewat?” Jawabku, “Tidak pernah!” Yang ada justru mengumpat, “Brengsek! Kemana aja nih petugas! Udah bayar pajak, kok jalanan gak aman gini!”
Teringat lagi para pahlawan lain, para relawan pemungut paku di jalanan kota. Merekalah yang menghindarkan ban mobilku dari tusukan paku. Pernahkah aku berterimakasih kepada mereka? Tidak! Yang ada justru mengumpat, “Brengsek! Siapa yang menabur paku dijalanan? Dia akan menuai azab!” ketika ban mobilku bocor ditembus paku entah di ruas jalan mana.
Harus kuakui sekarang, berkat pahlawan pagi tadi, bahwa sejauh ini aku ternyata lebih banyak menuntut hak kenyamanan pribadi, ketimbang menunaikan kewajiban untuk menjamin kenyamanan bersama. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H