Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

In Memoriam Kanal Politik Kompasiana

26 Juni 2016   20:35 Diperbarui: 26 Juni 2016   21:09 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di Kompasiana sebenarnya ada dua kanal humor. Yang satu kanal humor beneran. Yang satu lagi kanal humor jadi-jadian.

Kanal humor beneran sudah mati. Dibunuh Admin Kompasiana tahun lalu. Herannya, kasus pembunuhan ini tak pernah sampai ke Bareskrim.

Tapi sudahlah. Yang sudah mati biarlah tetap mati. Yang penting kita tahu kuburannya. Ada di hati saya, penulis humor picisan.

Yang mengejutkan adalah kasus kematian kanal humor jadi-jadian. Yang saya maksud di sini adalah kanal politik Kompasiana.

Saya baru tahu kematian kanal politik ini dari artikel rekan S. Aji, "Ahok(isme) dan Pembusukan Politik di Kompasiana" (K. 26/6/16). Klaim rekan Aji, terjadi pembusukan politik di kanal politik K, ditandai reproduksi isu politik dari hari ke hari, sehingga terjadi pendangkalan makna.

Sesuatu membusuk kalau mati. Berarti kanal politik K sudah mati. Maka ia membusuk.

Rekan Aji benar. Artikel-artikel di kanal politik K memang tak lagi mencerdaskan. Tapi sebaliknya mengajak dungu pembacanya.

Ambil contoh artikel-artikel tentang Ahok. Apakah ada yang menawarkan pengetahuan baru? Tidak ada. Semuanya hasil reproduksi. Pasaran. Tak membawa kita ke tataran kognisi yang lebih tinggi.

Kematian kanal politik ini lebih tragis dibanding kanal humor. Mati tak terhormat: bunuh diri. Dengan cara menerbitkan artikel-artikel reproduktif yang dangkal. Kanal humor mati terhormat: dibunuh Admin K yang kehilangan rasa humor.

Saya jadi curiga, jangan-jangan kanal humor dulu dibunuh sebagai tumbal kanal politik. Agar kanal ini bisa memicu tawa. Awalnya memang begitu. Tapi sekarang memuakkan. Karena sudah membusuk.

Saya tak tahu apakah kanal ini bisa bangkit lagi dari kematiannya. Biarlah para penghuni kanal politik yang menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun