Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Humor Revolusi Mental #033: Dunia Selebar Cetakan Pantat

4 Desember 2014   22:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Dunia hanya selebar cetakan pantat.Itu tamsil yang sungguh pas untuk manusia-manusia OMO (Ogah Move On).

Tamsil yang berangkat dari fakta.Fakta tentang Dolok, sobat karib Poltak, dua pemuda Batak dari Porsea, Toba Sumatera Utara.

Dolok dan Poltak sama-sama lulus SMA tahun 1980.Keduanya juga sama-sama mengikuti ujian Sipenmaru tahun itu.Dolok mendaftar ke ITB Bandung, sedangkan Poltak ke UGM Jogjakarta.

Peruntungan berkata lain, kedua sahabat yang sudah runtang-runtung sejak balita itu harus berpisah. Poltak sukses diterima masuk UGM.Sedangkan Dolok gagal masuk ITB.

Tak bisa terima kegagalan, mental Dolok langsung ambruk.Hidup seolah berhenti untuknya.Sepanjang waktu kerjanya duduk melamun di tembok ban-banan mulut gang kampungnya.Poltak setia menemaninya, menghiburnya, dan berusaha membangkitkan kembali semangatnya.

Bisa dibayangkan bagaimana dalamnya rasa frustasi Dolok.Sejak SMP, hanya ada tiga perguruan tinggi yang menjadi cita-citanya:ITB, ITB Bandung, dan Institut Teknologi Bandung.Ternyata, satupun tak kesampaian.

“Kau sajalah yang jadi insiniur, Poltak.Kalau aku, sudah finish di sini,”kata Dolok menanggapi Poltak.(Istilah finish waktu itu sedang ngetop sebagai ungkapan rasa frustasi, mentalitas OMO.)

“Besok aku harus berangkat ke Jogjakarta, Dolok.Kau jangan begini terus.Dunia tak selebar cetakan pantat kita di tembok ini.”Poltak menasihati Dolok pada malam terakhir mereka nongkrong berdua di ban-banan mulut gang.

Pagi-pagi esok harinya, Poltak berangkat ke Medan (untuk selanjutnya “tembak langsung” ke Jakarta lanjut ke Jogjakarta) meninggalkan Dolok masih tetap duduk termenung di ban-banan mulut gang kampung mereka.

“Sudah finish aku, Poltak.Kau sukseslah.”Itulah ucapan “pengantar teman merantau” dari Dolok kepada Poltak sebelum bus “Bintang Utara” yang ditumpanginya bergerak meninggalkan Porsea.

Lima tahun lamanya Poltak menuntut ilmu di UGM Jogjakarta.Selama itu, tak sekalipun ia pulang ke Porsea.Tekadnya, sebelum meraih gelar insiniur pantang pulang kampung.

Maka, di akhir tahun kelima, setelah gelar insiniur dicantumkan di depan namanya,Poltak pulang ke Porsea.

Naik kereta api satu malam dari Jogjakarta ke Jakarta, terus lanjut naik kapal laut “Kambuna” dua haru dua malam dari Jakarta ke Medan, selanjutnya naik bus “Bintang Utara” selama enam jam, Poltak tiba pukul 16.00 WIB di Porsea dan turun persis di mulut gang kampungnya.

“Baaah!!!Dolooook!!!Sudah lima tahun lewat! Kau masih tetap duduk di sini rupanya?!” Poltak berteriak, layaknya disambar petir.Kagetmenyaksikan Dolok sobatnya masih tetap duduk di tembok ban-banan mulut gang kampung mereka, persis pada koordinat yang sama, seperti lima tahun lalu.

Ketika Dolok berdiri menyalaminya, Poltak sempat melirik bekas dudukan Dolok di permukaan tembok ban-banan, berupa cetakan dua belahan pantat yang membentuk dua bulatan mengkilat.(*)

#Moral revolusi mental-nya: Bagi manusia OMO, dunia hanya selebar cetakan dua belahan pantatnya, dan tak sudi menyerima kenyataan di luar sana terbuka lebar dunia-dunia lain yang menawarkan sejuta kebaikan.”

Catatan Pararelisme

Begitu banyak manusia OMO di negeri ini yang tak menyumbangkan kebaikan apapun bagi dirinya, jangankan untuk bangsa dan negara.Dua kutipan berita aktual berikut ini menyajikan sepak-terjang orang-orang OMO Jakarta yang mengalami dunia hanya selebar cetakan pantat mereka.

Fahrurrozi, Gubernur Jakarta Tandingan Versi FPI

TEMPO.CO, Jakarta (01/12/2014)- Front Pembela Islam mengusung Fahrurrozi Ishak sebagai gubernur tandingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Anggota Presidium Penyelamat Jakarta dan Ketua Forum Betawi Rempug Luthfi Hakim menyatakan Koordinator Gerakan Masyarakat Jakarta Fahrurrozi Ishak terpilih sebagai Gubernur Jakarta.
"Dengan kami seluruh anggota Presidium memutuskan gubernur rakyat Jakarta ialah Fahrurrozi Ishak," ujarnya di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Senin, 1 Desember 2014.

Menurut Luthfi, dengan ditunjuknya Fahrurrozi sebagai Gubernur Jakarta, Ahok sudah tidak lagi memiliki legitimasi untuk memimpin Ibu Kota. Ia mengimbau seluruh warga Jakarta untuk tidak lagi menerima kehadiran Ahok. "Kalau ada yang mengaku sebagai Gubernur DKI Jakarta dan datang ke kampung-kampung, warga harus menolaknya. Karena gubernur rakyat Jakarta yang sah ialah Fahrurrozi Ishak," ujarnya.

Berdasarkan pantauan Tempo, dua ratusan demonstran berkumpul di depan gedung DPRD Jakarta. Aksi itu membuat Jalan Kebon Sirih ditutup. Setelah berorasi di depan gedung Dewan, demonstran melanjutkan longmarch ke depan Balai Kota.(*)

M Taufik pasang foto Prabowo presiden di kantor DPRD DKI

Merdeka.com (29/08/2014)- Bagi politikus Partai Gerindra ini, sosok Prabowo Subianto, tak sekadar ketua dewan pembina. Sekalipun Prabowo kalah di Pilpres 2014 kemarin, mantan Danjen Kopassus itu tetap mendapat tempat di hatinya.

Saking kagumnya pada Prabowo, pria yang menjabat sebagai Ketua DPD DKI Partai Gerindra, M Taufik, sampai memasang foto Prabowo di ruang kerjanya di DPRD DKI.

Di foto berbingkai cat emas dengan ukuran yang lumayan besar itu, Prabowo mengenakan jas hitam, kemeja putih dan dasi merah. Foto itu dia gantung di dinding di belakang meja kerjanya dan tepat di bawah burung Garuda.

Saat dikonfirmasi soal keberadaan foto bergambar Prabowo itu, dia menjawab santai. Dia mengakui sengaja memajang foto Prabowo karena menganggap mantan mantu Presiden Soeharto itu sebagai presiden.

"Ya enggak apa-apa dong saya taruh foto Prabowo. Presiden saya kan dia, boleh dong," kata Taufik saat ditemui di DPRD DKI Jakarta, Jumat (29/9).

Taufik tak merasa ada yang aneh dengan gambar dindingnya itu. Dia juga tak menganggap masalah meletakkan gambar Prabowo di bawah Burung Garuda.

"Garuda itu nunjukin presidennya itu," ucapnya singkat.

Selama Pilpres kemarin, Taufik memang menunjukkan dukungan sepenuhnya pada Prabowo. Dia sampai turun ke jalan bersama ratusan simpatisan Prabowo dan berunjuk rasa di depan Gedung Mahkamah Konstitusi.

Dalam orasinya, dia mengancam akan ketua KPU Husni Kamil Malik karena dianggap melakukan kecurangan para proses Pilpres kemarin. Kasus ini pun berujung pada pelaporan Taufik ke Mabes Polri.(lia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun