Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Humor Revolusi Mental #027: Mendadak Pastor di Flores

25 November 2014   19:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:53 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Terkadang, ada juga baiknya kita disangka dari profesi tertentu, padahal sama sekali bukan, alias "status palsu".

Setidaknya, pengalaman Pak Frans, peneliti sosial di Desa Fausambi, Ende, Flores 23 tahun lalu bisa menjadi contoh yang baik.

Suatu pagi, dalam perjalanan ke rumah responden, di pekarangan sebuah rumah penduduk, Pak Frans melihat seorang bapak sedang memarahi anak laki-lakinya yang duduk menangis di tanah.Pak Frans berhenti di dekat mereka untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

“Kamu pergi sekolah, kaa!” bentak Sang Bapak kepada Si Anak.Tahulah Pak Frans duduk soalnya.Ternyata Si Anak sedang mogok sekolah.

“Anak Bapak, kenapa?”Pak Frans bertanya, dalam nada prihatin.

Sang Bapak terdiam.Menoleh ke arah Pak Frans, lalu menyelidik dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki.Sejurus kemudian, setengah berteriak, ia menjawab:

“Begini, Pastor! Ini, anak saya tidak mau ke sekolah, kaa!”

Mendengar kata “pastor”, mendadak sontak Si Anak langsung berdiri dan berteriak ketakutan:

“Tidaaaak! Pastooor! Saya mau ke sekolaah!”Langsung Si Anak terbang lintang-pukang menuju sekolah.

“Heeiih, itu anak, dasar anak nakal.Takutnya hanya pada pastor.Polisi dia tidak takut,” kata Sang Bapak sambil menghela nafas.

“Terimakasih, Pastor,” ucap Sang Bapak kepada Pak Frans yang justru melongo karena dikira seorang pastor.

“Maaf, Bapak.Saya bukan pastor,” balas Pak Frans kebingungan.

“Ah, Pastor jangan bohong.Itu, Pastor pakai sepatu sandal.Hanya Pastor yang pakai sepatu sandal,” kata Sang Bapak meyakinkan “kepastoran” Pak Frans.

Pak Frans, tidak bisa berdalih apapun lagi.Terpaksa ia harus terima kenyataan mendadak dituduh sebagai Pastor.Padahal, tampangnya lebih mirip seorang umat pendosa.

Belakangan, dari temannya Pak Piet, dia memperoleh dua informasi penting.Anak-anak di Flores memang umumnya takut dan patuh kepada Pastor.Lalu, sepatu sandal memang alas kaki eksklusif para pastor dan bruder di Flores.

“Yah, padahal, saya pakai sepatu sandal karena alasan kesehatan.Soalnya, kalau pakai sepatu, kepala jadi pusing,” kata Pak Frans dalam hati.(*)

#Moral revolusi mental-nya: “Boleh terima status palsu demi kebaikan, tapi jangan gunakan untuk keburukan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun