Suatu malam di awal 1980-an, di pasar Unit II Pemukiman Transmigrasi Tulangbawang, Lampung berlangsung pertunjukan wayang.Dalangnya Ki Jokosableng, lakonnya “Karna Tanding”.
Penontonnya, sudah pasti mayoritas orang Jawa, warga transmigran Tulangbawang dari Unit II dan unit-unit tetangganya.Tapi, yang menarik, ada pula minoritas orang Batak yang ikut menonton.Mereka ini adalah orang “Batak Tembak Langsung” Tapanuli-Lampung, yang mengadu nasib menjadi pedagang di pasar-pasar pemukiman transmigran.
Singkat kata, pertunjukan wayang sedang memasuki episode perang tanding antara Adipati Karna dari pihak Kurawa dan Raden Gatotkaca dari pihak Pandawa di padang Kurusetra.Sabetan wayang Ki Jokosableng, memang sableng, seru membahana.Penontonpun bersorak seru.Penonton Batak juga ikut bersorak, bahkan lebih keras (seperti biasa), walau tak seorangpun paham kata-kata Ki Dalang Jokosableng.
Sedang seru-serunya adegan perang tanding, entah karena dalangnya memang benar-benar sableng atau karena sebab lain (tidak ada penjelasan), tiba-tiba terjadi adegan spektakuler:Adipati Karna terbang mengangkasa sambil menarik busur siap melesakkan anak panah Kunta Wijayandanu ke tubuh Raden Gatotkaca yang jatuh telentang di atas tanah.
“Waaaaaawwww,hebaaaaat!Libaasss ….!” Orang Batak bersorak menyemangati, sambil bertepuk tangan.
Sebaliknya, orang Jawa, “Haaahh… ???” Terheran-heran tak habis pikir.“Sejak kapan Adipati Karna bisa terbang?” pikir mereka keheranan.Dalam lakon pewayangan, memang bukan Adipati Karna, tapi Raden Gatotkaca-lah yang bisa terbang.
Rupanya, Ki Dalang Jokosableng tersadar sudah salah sabet wayang.Dia langsung berimprovisasi:
“Weeeh lha dhalah, dalange kleeeruu.Wong Jowo sing ngerti meneng waaaeee. Wong Batak aja dikandaneeee ……”
Nah, orang Batak, yang tak mengerti duduk perkara, begitu mendengar nama suku mereka disebut Ki Dalang, semakin keras bersorak, bangga masuk wayang, dan langsung standing appalus.(*)
#Moral “revolusi-mental”-nya: Kalau suatu kesalahan bisa membahagiakan orang lain, dan tidak menyengsarakan kita, maka diamkan saja.
*)Arti kalimat Ki Dalang: “Waduh, dalangnya keliru. Orang Jawa yang ngerti diam sajalah.Orang Batak jangan dikasih tahu.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H