Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kambing Samosir, Plasma Nutfah Asli Kaldera Toba

10 Januari 2024   13:58 Diperbarui: 12 Januari 2024   18:06 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kambing panorusan samosir di padang penggembalaan (Foto: sinartani.com. 17/06/2019)

Kambing samosir, hewan endemik Pulau Samosir, adalah kekayaan plasma nutfah lokal khas Kaldera Toba.

Kambing mungkin termasuk hewan introduksi yang awal-awal ke lingkungan komunitas Batak di Kaldera Toba. Ruminansia kecil itu tak punya nama lokal dalam Bahasa Batak. Orang Batak tetap menyebutnya "kambing", dilafalkan "hambing" karena aksara dan bahasa Batak tua tak mengenal huruf "k". 

Mungkin usia keberadaan kambing di Kaldera Toba sudah bilangan ratusan tahun. Setidaknya hal itu terindikasi oleh masuknya kosa kata "hambing" ke dalam khasanah umpasa, petitih asli Batak Toba. Semisal umpasa "Songon hambing na gulohon", artinya "Seperti kambing cacingan", menggambarkan orang yang tak bisa diam. Atau umpasa "Manggagat hambing di ari udan", artinya "Kambing merumput saat hujan", menggambarkan perilaku yang tak lazim.

Jika nama suatu hewan sudah masuk dalam khasanah umpasa Batak, maka itu menandakan hewan itu sudah menjadi bagian dari budaya Batak sejak lama. Lazimnya hanya hal-hal yang sudah mendarah-daging diangkat ke dalam umpasa.

Eksis ratusan tahun secara turun-temurun di wilayah Samosir, kambing samosir itu sudah mengalami perubahan morfologis sebagai bentuk adaptasi ekologi.

Tubuhnya yang cenderung ramping merupakan adaptasi terhadap alam perbukitan berbatu-batu di Samosir. Warna bulu putihnya, juga kuku dan tanduk yang cenderung berwarna coklat, diperkirakan sebagai adaptasi terhadap terik matahari terutama di siang hari.

Karena karakteristik khas lokalnya, Kementerian Pertanian kemudian telah menetapkan kambing samosir sebagai plasma nutfah— substansi hayati pembawa sifat keturunan—atau "sumber kekayaan genetik lokal Indonesia" (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2017).

Resmi dinamai "kambing hatorusan samosir," kambing tersebut menjadi satu dari 10 galur kambing yang telah ditetapkan sebagai sumber kekayaan genetik lokal." 

Merujuk sifat endemik lokalnya, kambing Samosir itu juga kerap disebut "kambing puti(h)" atau "kambing batak". Dia menjadi hewan yang merepresentasikan Samosir dan Batak sekaligus. 

Profil kambing panorusan samosir (Foto: Gunawan Sitanggang/sinartani.com)
Profil kambing panorusan samosir (Foto: Gunawan Sitanggang/sinartani.com)

Kambing Gunung Toba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun