Ada sosok kura-kura hijau raksasa mengambang diam di Teluk Baktiraja, sisi selatan danau Kaldera Toba. Dia seakan menyapa siapa saja yang datang lewat mulut teluk itu menuju lembah Tipang ataupun Bakkara.
"Kura-kura" itu adalah Pulau Simamora. Salah satu dari lima pulau mini tak berpenghuni di Danau Kaldera Toba. Empat lainnya adalah Sitakke-takke (sebelah timur Simamora, Teluk Baktiraja), Tulas Siboro, Tolping, dan Tao.
Secara khusus Pulau Tulas Siboro di utara Pangururan kerap disebut kembaran Pulau Simamora. Mungkin karena bentuknya serupa, seperti kura-kura. Tapi kalau dipertelakan dengan genealogi, Siboro itu generasi ke-8 (terhitung) dari Simamora, dalam garis darah Raja Isumbaon (Sumba). Jadi Pulau Tulas Siboro itu adalah "keturunan" Pulau Simamora.
Tapi, soal genealogi pulau itu, anggap saja intermeso. Saya hanya ingin mengatakan semua pulau di Danau Kaldera Toba lahir dari rahim yang sama yaitu Kaldera Gunung Toba.
Gunung Toba meletus empat kali. Pertama, 1.3 juta tahun lalu di Kaldera Haranggaol; kedua, 840,000 tahun lalu di Kaldera Porsea; ketiga, 501,000 tahun di Kaldera Haranggaol; keempat, 74,000 tahun lalu di Kaldera Sibandang.
Pulau Simamora terbentuk pasca letusan keempat, suatu super volcano atau erupsi terdahsyat sepanjang sejarah bumi, nyaris memusnahkan umat manusia. Tujuh puluh empat ribu tahun lalu Kaldera Toba itu adalah wilayah kematian. Tak ada kehidupan di sana.

Hanya setelah melalui proses evolusi selama puluhan ribu tahun pasca-letusan, pulau-pulau dan tetumbuhan di atasnya muncul di sana. Wajah Kaldera Toba secara perlahan tapi pasti berubah dari "neraka" menjadi "surga", dari pemandangan horor menjadi jejak eksotis.
Pulau Simamora adalah salah satu ikon eksotisme bentang alam Kaldera Toba. Dia adalah salah satu harta geologis penting, suatu kubah lava dasit dan debu vulkanik yang terbentuk pasca erupsi Gunung Toba 74,000 tahun lalu. Keberadaannya pantas disingkap dan diberitakan kepada khalayak.