Sebuah organisasi modern lazimnya beranggotakan orang-orang yang punya tujuan sama. Tujuan yang sama atau bersama itu dirumuskan sebagai tujuan organisasi.
Karena tujuannya sama, maka orang-orang menjadi anggota organisasi untuk cari teman sehaluan. Bukan untuk cari musuh. Sebab kalau cuma mau cari musuh, gak perlu masuk organisasi. Tonjok saja hidung seseorang di pinggir jalan. Dapat deh musuh.
Tapi sungguh beda bila gabung menjadi anggota organisasi Kompasiana. Setidaknya nenurut pengalaman Engkong Felix.
Tujuan Kompasiana itu mulia. Menyalurkan gagasan dan opini warga masyarakat. Jadi siapa saja yang punya gagasan/opini dan ingin menyampaikannya kepada khalayak, silahkan gabung ke Kompasiana.
Tapi justru itulah pangkal soalnya. Gagasan/opini itu kan saling beda antara satu dan lain orang. Bahkan tak jarang bertentangan. Sehingga menimbulkan konflik horizontal antar kompasianer.
Itulah yang terjadi pada Engkong Felix. Perbedaan gagasan/opini berujung pada permusuhan dengan sesama kompasianer. Memang malanglah nasib engkong satu ini. Tapi gak usahlah bersimpati padanya.
Ingin tahu siapa saja kompasianer musuh Engkong Felix? Berikut ini sedikit bocorannya:
- Pak Tjiptadinata: Pak Tjip punya motto "seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak". Engkong Felix tak ingin bermakna "sedikit" untuk Pak Tjip, melainkan bermakna "banyak". Karena itu dia memilih menjadi lawan atau musuh untuk Pak Tjip. Mudah-mudahan Pak Tjip berkenan menerima tawaran permusuhan ini.
- Acek Rudy: Permusuhan dengan Acek terjadi karena engkong menolak tawaran penggunaan obat kuat bikinannya. Lha, engkong kan sudah lansia. Sudah terbukti kuat hidup sampai tua. Jadi untuk apa lagi obat kuat. Berikan itu pada Gen YZ yang strawberi banget.
- Guido Arisso: Kompasianer muda ini secara sepihak telah memusuhi Engkong Felix. Â Semata-mata untuk tujuan pansos. Dipikirnya musuhan dengan lansia itu keren. Mungkin terinspirasi anak-anak muda yang memusuhi politisi tua.
- Kompasianer Milenial: Engkong Felix dimusuhi (sebagian) kompasianer milenial gara-gara engkong pernah bilang artikel mereka "dangkal dan repetitif". Â Lha, kenapa marah, ya. Kan tinggal bilang artikel engkong juga dangkal dan repetitif. Apa susahnya, coba.
- Uda Ayah Tuah: Engkong Felix bermusuhan dengan Uda Ayah atas kesepakatan berdua. Alasannya? Ya, karena ingin bermusuhan saja.
Tanpa musuh, hidup rasanya sepi. Gak ada greget, gak ada semangat untuk maju lebih baik.
Engkong Felix senang musuhan?Â
Pertanyaannya bukan macam itu. Yang jelas engkong itu setuju pada pandangan Karl Marx. Bahwa konflik itu adalah proses menuju keadaan yang lebih baik.