Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Kaesang, PSI dan Era Politik Kreatif

28 September 2023   20:07 Diperbarui: 30 September 2023   07:45 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaesang Pangarep menyampaikan pidato pertama sebagai Ketum PSI pada hari Senin 25 September 2023 (Foto: psi.id)

Bukankah dia cuma tukang goreng pisang anak tukang kayu dari Solo?

Para politisi dan pengamat politik Indonesia ini aneh. Mereka ribut soal mandegnya regenerasi kader partai. Juga menyinyiri generasi X-akhir, Y, dan Z yang (kata mereka) apolitis.

Tapi begitu Kaesang Pangarep, generasi Y (lahir 1994) mendadak Ketum PSI, eh, pada kagetan lan gumunan. Aneka komentar berhamburan: Kok iso! Tragedi! Komedi! Karbitan! Simsalabim! Siapa dulu bapaknya! Oportunis! Cengengesan! Tukang goreng pisang! Anak tukang kayu!

Silahkan tambahkan ujaran kaget atau gumun yang lain. Bikin Daftar Negatif Kaesang Pangarep. Tak akan mengubah fakta.

Fakta bahwa Kaesang kini adalah ketum termuda (29 tahun) dari sebuah partai anak muda yang terbilang paling muda di antara partai-partai peserta Pemilu 2014 dan 2019. 

Rekor Agus Harimurti Yudhoyono (AHY, lahir 1978) langsung tumbang. Anak mantan presiden RI dan mantan ketum Partai Demokrat (PD) ini didapuk menjadi ketum PD tahun 2020 pada umur 42 tahun.

Orang bilang, "Halah, Kaesang itu jadi ketum PSI cuma karena bapaknya presiden. Privilese itu, privilese!" 

Gak usah nyinyir begitulah. Memangnya AHY menjadi ketum PD, Puan menjadi ketua di DPP PDIP, dan Prananda menjadi ketua di DPP Nasdem karena apa? Karena privilese juga, kan? Karena bapak atau ibunya ketum partai. 

Misalkan bapak/ibu mereka adalah Marhaen, petani gurem subsisten itu, sampai mejret juga gak akan didapuk jadi ketum atau ketua partai. Marhaen itu, jika benar ada, terkenal hanya karena namanya dipakai (tanpa royalti) oleh Bung Karno untuk label ajaran sosialisme ala Indonesia: Marhaenisme.

"Okelah. Tapi apa sih bisanya Kaesang? Dia kan cuma tukang goreng pisang." Ada ujaran sinis begitu. Dia lupa Gibran, walikota Solo itu tadinya cuma tukang martabak. Jokowi, presiden RI itu, tadinya cuma tukang kayu. Atau, kalau mau contoh dari tempat jauh, Abraham Lincoln tadinya petani gandum dan Jimmy Carter petani kacang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun