Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Huta dan Hauma: Mengenal Ekologi Budaya Batak Toba

16 September 2023   17:39 Diperbarui: 17 September 2023   09:00 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan sawah di Desa Wisata Meat, Tampahan, Kabupaten Toba. (TRIBUN MEDAN/KARTIKA)

Sekali waktu, seingatku tahun 1975, aku naik kapal danau keliling pulau Samosir. Waktu itu aku tergabung dalam rombongan drama "Yusuf Anak Yakub" dari Seminari Menengah Pematang Siantar. Kami mau berpentas untuk umat Gereja Katolik Pangururan, Samosir.

Rombongan bertolak dari pelabuhan Haranggaol, sebuah desa di sisi utara Danau Toba. Setelah mengarungi Tao Silalahi, lalu menyusuri terusan Tano Ponggol (Wilhelmina), kami tiba di Pangururan. 

Setelah pementasan dan bermalam di kota itu, esoknya kami meneruskan pelayaran menyusuri sisi barat danau. Mampir di Palipi dan kemudian Onanrunggu. Setelah itu berbelok ke utara menuju Parapat.

Sepanjang jalur pelayaran itu, ada satu pemandangan agroekologis yang kerap kulihat. Sawah, sawah, dan sawah. Mulai dari Haranggaol di sisi utara-luar danau sampai di desa-desa pantai barat Samosir, antara lain Pangururan, Simbolon, Palipi, Nainggolan, dan Onanrunggu. Juga di desa-desa pada sisi barat-luar danau, antara lain Boho, Sihotang, dan Sabulan. Serta desa Lontung di pantai timur Samosir dan Sigapiton di pantai timur-luar danau.

Kemudian hari, kalau tak salah tahun 1996, aku ikut tim kecil survei eceng gondok di Danau Toba. Kembali kunikmati pemandangan sawah di Tongging dan Silalahi, dua desa di penggal utara pantai barat-luar danau. Juga di desa Ambarita, di pantai timur Samosir.

Pengetahuan tentang desa-desa persawahan itu melengkapi pengetahuanku tentang persawahan di desa-desa sepanjang jalan Trans-Sumatera dari Parapat sampai Tarutung. Pada paruh kedua tahun 1970-an aku bersekolah di sebuah SMA di Porsea. 

Karena kerap bolak-balik ke kampung dekat Parapat di utara, dan kadang ada urusan ke Balige dan Tarutung di selatan, maka aku berkesempatan untuk melihat lebih banyak desa persawahan. 

Ekologi budaya sawah di sebuah kampung Batak Toba di Balige, Toba (Foto: Kanal YouTube RD Explorer/screenshot)
Ekologi budaya sawah di sebuah kampung Batak Toba di Balige, Toba (Foto: Kanal YouTube RD Explorer/screenshot)

Kelak aku tahu areal persawahan yang terentang dari Lumbanlobu sampai Balige, dikenal sebagai Toba Holbung (Lembah Toba), adalah bentang sawah terluas di Tanah Batak. Lainnya yang juga terbilang luas adalah persawahan di Rura (Lembah) Silindung atau Tarutung dan sekitarnya.

Sampai pada titik itu, aku tak punya kesimpulan apapun kecuali bahwa orang Batak Toba adalah masyarakat pesawah. Dalam arti mata pencaharian utamanya pertanian padi sawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun