Pernah dengar kisah Pak Lebai yang malang? Itu cerita rakyat Minangkabau. Kisah tentang lelaki jomlo yang plin-plan memperturutkan serakahnya. Sedemikian plin-plan hingga tak kebagian apapun.
Aku membaca kisah itu awal 1970-an di buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD. Hanya sekali itu membacanya. Â Tapi kuingat sampai sekarang.
Ringkasan kisahnya begini.
Suatu hari Pak Lebai, seorang jomlo miskin, mendapat undangan kenduri dari dua orang kenalan lain kampung. Satu di hulu sungai, satunya lagi di hilir. Waktu kendurinya persis sama.
Tiba hari kenduri, Pak Lebai mendayung biduknya ke hulu. Sebab dia pikir, di sana dia akan mendapat kepala sapi.Â
Di tengah perjalanan, dia teringat kenalannya yang di kampung hilir jago masak. Dia akan mendapat gulai kepala kambing yang nikmat di sana.
Maka dia memutar haluan biduknya dan berkayuh ke hilir.Â
Sebelum tiba di kampung hilir, dia berpikir satu kepala sapi cukup untuk lauk seminggu. Maka dia putar haluan ke hulu.
Menjelang tiba di kampung hulu, dia teringat lagi gulai kepala kambing yang nikmat di hilir. Bisa untuk lauk dua tiga hari.
Maka dia memutar balik biduknya lagi ke hilir.