"Bangunlah."
Suara lembut terdengar dari luar kamar, menembusi kaca jendela.
Maka aku bangun.
Kulihat seekor burung gereja di balik jendela, hinggap di ranting pucuk kemuning.
"Bangunlah," katanya lagi. "Ini hari Tuhan. Hari ketujuh. Hormatilah."
Jeda sejenak.Â
"Jangan menulis di Kompasiana. Berkemaslah. Pergilah ke gereja."
Maka aku tutup akun Kompasiana, berhenti menulis puisi ini.
Aku tersenyum, mengangguk pada burung gereja itu.
Dia membalas senyumku. Sebelum terbang menuju mesjid di samping rumah. Di sana dia berumah. (eFTe)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!