Nikuba, niku ba, niku banyu; inia, ini a, ini air.Â
Itu merek dagang, bahan bakar hidrogen, hasil elektrolisis H2O, terbikin oleh seorang warga di Cirebon.
Niki banyu, ini air, tak bikin adem, tapi membakar ruang mesin, lalu membakar kontroversi, dipanasi lewat mesin motor tentara, bikin geger dunia maya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional atawa BRIN dicemooh, dituding tak sokong temuan anak negeri, hanya sibuk bikin kontroversi dan riset zonder inovasi.
BRIN bergeming, nikuba itu barang lama dalam kantong baru, hasil riset pribadi, tanpa pertanggung-jawaban ilmiah.Â
BRIN lembaga ilmiah, ogah terkecoh petualang dagang berkedok penemu, seperti dulu seorang presiden bergelar doktor tertipu oleh dukun-dukun penjaja bahan bakar blue energy dan padi super(le)toy.
BRIN dilangkahi, nikuba terbang ke Italia, konon ditaksir pabrikan supercar raksasa, seolah para pakarnya manusia-manusia dungu, yang buta ikhwal bahan bakar hidrogen.
Penemu nikuba berkoar, tak butuh BRIN dan pemerintah, abai sikap rendah hati seorang penemu, sesumbar akan jual teknologinya lima belas miliar ke negeri orang.
Medol dan medsos menuang oktan pada nikuba, membakar kepala warganet +62 yang emosional, lalu memviralkannya hingga terkenal seantero nasional.
Oh, negriku, jadi ini cuma strategi pemasaran barang lama oleh pedagang cerdik di era I(di)oT? (eFTe)