Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dua Lansia Seteru, Dua Puisi Berseru

8 Juli 2023   14:21 Diperbarui: 8 Juli 2023   21:36 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasilnya? Ayah Tuah nyaris pingsan. Tak disangka puisi itu berhasil mendulang 27,300-an views. Angka psikologis 6,000 views terlampau sudah, jauh, jauh sekali di belakang. Begitulah kuasa kontekstualitas.

Apakah Felix Tani diam saja? Tidak! Sebab bukankah keduanya telah sepakat menghasilkan yang terbaik di jalan masing-masing?

Maka Felix Tani menganggit dan mengagihkan puisi anarkis "Puisi Si Butet Bau Tuak" (K. 30/07/2023). Ini juga sebuah puisi yang berseru-seru, memanfaatkan konteks viralitas  puisi Butet. 

Berikut adalah petikan bait 3-5 puisi, eh, pdeudo-puisi (?) itu:

"si butet berpuisi: ho, hoa, hoaa, hoaaa, hoaaak; currr, duut, pret bret pet; hu, hue, huee, hueee, hueeek

perlak basah, pesing kencing; teronggok feses, bau berak; terserak muntah, ruap uap miras

hei! siapa yang mengganti susu si butet dengan tuak?"

Ndilalah, puisi itu berhasil meraup 24,300-an views.  Kalah 3,000-an views dari puisi Ayah. 

Tapi intinya bukan pada jumlah views itu. Intinya adalah pembuktian bahwa sebuah puisi kontekstual dapat menarik minat puluhan ribu pembaca untuk membacanya. 

Lagi pula puisi Ayah dan puisi Felix berangkat dari perbedaan sudut pandang tentang puisi Butet.

Sepintas puisi anarkis Felix itu, kalau dibaca secara hurufiah, tak ada kaitannya dengan Butet Kartaredjasa. Tapi sejatinya itu adalah pemaknaan terhadap semangat anarkisme pada puisi Butet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun