Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Kota Lama Doaku Tersangkut di Reranting Trembesi

26 Juni 2023   06:44 Diperbarui: 26 Juni 2023   10:14 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kubah dan menara kembar Gereja Blenduk di balik tajuk trembesi menjelang matahari terbenam di Kota Lama Semarang (Dokpri)

Di Kota Lama Semarang pada satu sore yang cerah tapi gerah.

Aku berdiri di depan pintu gerbang Gereja Blenduk tinggalan kolonial. Ingin kupanjatkan sebait doa di bawah cungkupnya. Hendak memohon gerimis turun kepada Tuhan. Sebab udara kota teramat gerah.

Tapi gerbang besi gereja tua itu tergembok kaku. Pun pintu masuknya terkunci rapat. Gereja itu rupanya tak sudi dicemari doa picisan seorang umat kelana. Dia menutup diri, angkuh. Seangkuh kolonialisme tempo dulu.

Gerbang besi dan pintu kayu Gereja Blenduk Kota Lama Semarang (Dokpri)
Gerbang besi dan pintu kayu Gereja Blenduk Kota Lama Semarang (Dokpri)

Ingin aku menjadi hantu. Menembusi tembok tebal gereja. Lalu bersimpuh merendah di depan altar-Mu.

Tapi aku tetaplah manusia, kembara dina dunia fana.

Sebab itu kulangkahkan kaki ke Taman Srigunting di samping gereja. Duduk pada bangku di bawah rimbunan tajuk pohon trembesi tua yang teduh. Trembesi yang lebih ramah tinimbang gereja tua.

Di bawah naungan trembesi, khusuk kupanjatkan sebait doa kepada Tuhan, mohon gerimis di sore yang gerah. Tapi hingga mentari menjelang hempas ke peraduan, gerimis tak kunjung datang jua. Udara kota tetap gerah.

Kurasa bukan karena Tuhan sedang menghukum Kota Lama pada sore itu. Tapi karena aku telah salah hitung. Reranting trembesi tua itu teramat sarat. Kulihat sebait doaku merana tersangkut di sana. (eFTe)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun