Menurut sahibul hikayat, kalau Ayah Tuah melintas sore-sore di Blok M Jaksel, gadis-gadis pelayan kafe selalu meneriakinya "Om, mampir, Om!"
Karena Engkong Felix sepantaran dengan Ayah Tuah, maka dicobanya juga melintas sore-sore di Blok M. Eh, benar saja.  Gadis-gadis pelayan kafe meneriakinya  "Engkong, utangnya bayar,  Kong!"
Nasib, nasib!
Memang Ayah Tuah dan Engkong Felix itu selalu berseteru dalam hal apapun yang gak penting-penting amat. Sebab hanya dengan cara itu mereka bisa berkomunikasi.
Ya, iyalah. Kalau damai-damai saja, ya, diam-diaman. Mau omong apa coba. Kalau konflik, nah, baru terjadi komunikasi. Saling menjatuhkan, sampai keduanya sama-sama terjengkang.Â
Tapi ada satu common denominator, pemersatu. Semacam seekor tikus yang menyatukan dua perempuan yang sedang jambak-jambakan. Daeng Khrisna Pabichara, itulah pemersatu itu.
Seperti pagi ini.
Daeng Khrisna mengagihkan artikel "Kenapa Harus 'Unboxing'?" di Kompasiana.
Engkong Felix ngakak saja baca artikel itu. Kenapa harus unboxing? Ya, agar barangnya keluar dari dalam kotak (box), dong. Masa gitu aja kagak ngarti?
Tentu maksud Daeng Khrisna bukan itu. Tapi ini: mengapa harus pakai kata Inggris "unboxing." Kan, bisa pakai kata Indonesia "buka kemasan"?