Tadi pagi Poltak dengan gembira pergi ke pasar di belakang rumahnya (atau rumahnya yang di belakang pasar -- tergantung kamu berdiri di mana).
Dia hendak membeli sekilo iga sapi. Sebab tekanan darahnya 110/75. "Harus 120 per 80," kata Berta, istrinya.Â
Jadi Poltak punya kesempatan untuk menaikkan tekanan darah. Caranya? Ya, makan iga sapi bakarlah.
Tapi tak sampai sepenghisapan rokok, Poltak sudah kembali ke rumah dengan rona muka ketakutan. Tanpa membawa sekeratpun iga sapi.
"Mana iga sapinya?" tanya Berta terheran-heran.Â
"Aku gak jadi beli." Poltak terengah-engah.
"Lho, kenapa?"
"Aku diancam para penjual daging sapi di pasar."
"Kok bisa! Gimana ceritanya!" Berta panik.
"Tak tahulah aku. Tapi waktu aku sampai di los daging, para penjual daging itu berteriak-teriak memanggilku, 'sini Pak Haji' sambil mengacung-acungkan goloknya. Ada pula yang teriak 'sini Pak Haji, saya potongkan torpedonya'. Takut dikeroyok, aku langsung balik kananlah pulang ke rumah."