Jalan Kapten Muslihat Bogor, pada hari Minggu pagi di seruas trotoar, antara Katedral dan Kantor Polisi, selepas hadirku dalam Perayaan Misa Kudus, Â sepasang kakiku saling-susul menyusuri.
Masih terngiang kata-kata pastor paroki dalam kotbahnya tadi: Â kuduskanlah hari Tuhan; jangan mencuri; jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil. Itu tiga dari Sepuluh Perintah Allah yang diturunkan-Nya lewat Nabi Musa.
Namun tak kupahami satupun dari tiga kalimat perintah Tuhan itu. Â Mungkin Roh Kudus lalai tak memberi terang ke dalam pikiran dan jiwaku, saat Dia datang dalam rupa Lidah Api atau Merpati.
Aku lebih paham tentang sebuah dompet tebal dalam tas terbuka yang dicangklong seorang perempuan tua yang sedang melangkah tertatih tiga langkah di depanku. Kuingat perempuan itu tadi duduk di samping kananku di bangku gereja. Segepok uang dalam dompetnya telah menggodaku saat dia membukanya untuk memberi kolekte.
Dompet milik perempuan tua itu dalam sekedipan mata telah berpindah ke saku celanaku saat aku melangkah cepat melewatinya. Tapi sebelum sempat kurasakan lega, di antara tekanan rasa salah dan tarikan rasa butuh, sepasang tangan kuat telah menangkap lalu menelikung kedua belah tanganku ke punggung. Seorang lelaki tinggi-besar, tadi duduk khusuk di samping kiriku di bangku gereja, Â telah membekuk dan mendorongku masuk ke dalam Kantor Polisi.
Di balik jeruji tahanan Kantor Polisi, di tengah sesakan sesama manusia sampah yang bau busuk lahir dan batin, aku mendadak paham kata-kata pastor tentang tiga Perintah Allah itu dalam satu kalimat sederhana: Jangan mencopet pada hari Minggu!
Aku menengadah ke atas; tak ada kulihat Lidah Api atau Merpati di sana; hanya tampak plafon dak beton yang dingin, suram, dan muram. (eFTe)
*Gang Sapi Jakarta, Minggu 19 Maret 2023
Â
Â