Aku menghampiri meja kasir.
"Maaf, mbak. Pesananku sudah ada?"
"Oh, iya, Pak. Ini, pak." Dia mengangsurkan kantong plastik berisi pesananku, dua porsi nasi goreng.
"Dari tadi Pak Rahmat kami panggil-panggil gak menyahut," lanjut kasir itu.
"Pak Rahmat? Dipanggil-panggil?" Aku bingung.
Ah, iya. Baru ingat. Tadi waktu pesan makanan di kasir, karena tak ingin nama Felix Tani terkenal, aku  telah menyebut diri Rahmat saat ditanya nama pemesan.
Sambil melangkah meninggalkan restoran, hatiku bertanya-tanya, "Pak Rahmat itu siapa, ya?" (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H