Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Joki, Immoralitas, dan Gagalnya Perguruan Tinggi

20 Februari 2023   21:06 Diperbarui: 8 Maret 2023   08:58 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana kuliah (Foto: Pexels via idntimes.com)

Perjokian akademik di lingkungan pendidikan tinggi adalah cerita lama. Gejala itu sudah terdeteksi setidaknya pada akhir 1980-an. Seiring merebaknya jasa pengetikan merangkap pembuatan skripsi di sekitar kampus.

Cakupan prakteknya pun luas. Mencakup jenjang pendidikan S1, S2, bahkan sampai S3. Melibatkan baik mahasiswa maupun dosen. Mulai dari penulisan makalah, skripsi, tesis, disertasi, hingga artikel jurnal ilmiah terindeks.

Walau cerita lama, baik juga masalah itu diangkat ke permukaan. Ada relevansinya dengan otokritik Mendikbudristek Nadiem Makarim tentang  mutu rendah produk Perguruan Tinggi (PT) kita.

Kata Mas Menteri Nadiem pada satu acara di UI,  "Saat ini Indonesia sedang memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi . ... kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, ... masuk kelas tidak menjamin belajar." [Mendikbud: Gelar Tak Menjamin Kompetensi",  beritasatu.com, 4/12/2019]

Dalam satu kalimat yang lebih lugas, bisa dikatakan begini: "Kompetensi dan kesiapan kerja lulusan PT rendah karena mereka menjalani proses belajar-mengajar bermutu rendah."

Praktek perjokian akademik selama proses perkuliahan,  mulai dari penulisan tugas makalah, artikel jurnal,  sampai tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi) adalah salah satu indikator mutu rendah itu. 

Saya tak hendak mengatakan semua mahasiswa dan dosen terlibat perjokian, entah sebagai joki atau pelanggan. Tapi fakta hal itu terjadi, sekecil apapun yang terungkap, jelas menandakan ada yang salah dengan PT kita. 

Lemahnya Penguasaan Metodologi Sains

Salah satu faktor penyebab merebaknya perjokian akademik adalah kelemahan mahasiswa dan dosen dalam penguasaan metodologi sains.

Metodologi sains adalah ilmu tentang metode riset saintifik. Didalamnya tercakup filsafat sains yang membahas hakekat obyek sains (ontologi), cara mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obyek itu (epistemologi), dan nilai/manfaat pengetahuan tersebut (aksiologi). Lalu secara khusus elaborasi epistemologi, meliputi paradigma, strategi, metode, dan teknik riset saintifik.

Penguasaan metodologi sains itu wajib sebagai dasar pembentukan kemampuan berpikir logis dan sistematis pada mahasiswa dan, seharusnya, juga dosen -- yang wajib meningkatkan (upgrading) kemampuan metodologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun