Saya hendak mengajukan tesis tentang "revolusi demokrasi pedesaan" di sini. Itu sesuatu yang  teramati sebagai  bagian integral gejala yang saya sebut "desa belajar menjadi kota".
Saya akan jelaskan di bawah ini.
***
Konsepsi "desa belajar menjadi kota" itu merujuk orientasi pembangunan pedesaan Indonesia yang dituntun paradigma modernisasi.
Barang siapa belajar sosiologi pedesaan Indonesia, akan segera tahu dua nama yang menjadi rujukan utama program modernisasi pedesaan di negeri ini.
Pertama, Robert Redfield, antropolog Amerika. Dia mengkonsepsikan  kota sebagai "tradisi besar" dan desa sebagai "tradisi kecil".Â
Menurut Redfield orientasi desa untuk kemajuan dalam segala aspek budaya adalah kota. Artinya, desa belajar menjadi kota. (R. Redfield, The Primitive World and Its Transformations, Ithaca, NY: Cornell University Press, 1953)
Kedua, Arthur T. Mosher. ekonom Amerika. Dia merumuskan bahwa pembangunan ekonomi nasional harus dimulai dengan modernisasi pertanian di pedesaan.
Mosher merinci  lima syarat pokok modernisasi pertanian: pasar, teknologi baru,  sarana produksi, insentif, dan transportasi.  (A.T. Mosher. Getting Agriculture Moving: essentials for development and modernization, New York: ADC, 1966)
Jadi begitulah. Redfield memberi model, dan juga deskripsi empiris (kasus Meksiko), bagaimana  "desa belajar menjadi kota". Sedangkan Mosher memberi rambu bagaimana "(orang kota) mengajar desa menjadi kota", lewat modernisasi ekonomi peertanian.
Bukan kebetulan jika pembangunan Indonesia mengadopsi teori modernisasi produk pikir Amerika Serikat (AS). Orde Baru adalah murid Liberalisme (ekonomi kapitalis dan politik demokratis) AS. Redfield dan Mosher -- keduanya produk Universitas Chicago -- termasuk pendukung utamanya. Â