Seorang lelaki tua menghampiriku. Dengan senyum samar di naung bayang baret tua.
Ah, Ayah Tuah rupanya.
Diulurkannya tangan kanan padaku. Digenggamannya segepok uang menghijokan mata.
Ting.
Aku tersentak dari lelap. Sebuah pesan masuk di grup perpesanan.
Dari Ayah Tuah: "Selamat pagi semua sehat selalu."
Sialan! Terputus mimpiku!
Dari Ayah Tuah, aku lebih berharap menerima segepok uang dalam mimpi ketimbang ucapan  selamat pagi yang memupus mimpi.
Sebab mimpi bisa jadi kenyataan sedangkan pagi memutus mimpi. (eFTe)
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!