Motif setiap kompasianer menulis di Kompasiana aneka rupa. Â Semua sah dan bernilai intrinsik setara. Sepanjang itu motif subyektif.Â
Tak ada dasar untuk menghakimi. Semisal mengatakan mofif Acek Rudy lebih mulia dibanding Engkong Felix. Â Atau motif Sigit lebih komersil ketimbang Tante Vaksin aka Capres 2024. Kendati faktual mungkin demikian.
Ini bicara soal motif subyektif, ya. Bukan tujuan obyektif. Â Motif itu ditafsir. Sedangkan tujuan diukur. Â
Juga tak bicara soal mutu artikel yang diagihkan kompasianer.  Sebab ini bisa menjadi rancu.  Selalu ada perbedaan ukuran. Bermutu menurut Admin Kompasiana, belum tentu bermutu menurut  kompasianer Jepe Jepe. Â
Itu sebabnya Jepe Jepe menilai artikel-artikel politips yang kerap jadi Headline di Kompasiana tak sedikit yang zonk.  Katanya tips ternyata cuma prosedur atau syarat-syarat kondisional.Â
Implisit Jepe Jepe mau bilang banyak artikel politips di Kompasiana tak bermutu. Ingat, Jepe Jepe itu seorang tipuolog jujur. Jadi dia pasti selalu bohong tentang hal-hal yang sekiranya bisa menyakiti hati orang lain.
Akan halnya Engkong Felix, gerangan apa motifnya menulis di Kompasiana? Sederhana saja: Â mengajak pembaca tetap eling. Â Tak lebih dari itu.
Eling saja, tanpa tambahan waspada. Waspada itu berat. Â Eling itu lebih enteng.Â
Baca juga: [Poltak #101] Dendam Kesumat Penilik SekolahEngkong mengajak eling saja. Eling dalam erti yang paling sederhana: berpikir sehat. Sehat, bukan sesat. Â Beda satu huruf, tapi artinya berlawanan.
Berpikir sehat itu berarti mengedepankan logika, otak rasional. Â Bukan memajukan otak emosional, sekalipun ini nikmat. Â