Begitu Anies Baswedan keluar dari Balaikota, Jakarta langsung diteror horor.
Hanya  selang sehari setelah Anies purna tugas, langsung terjadi horor di Stasiun Manggarai. Fungsi stasiun Manggarai sebagai hub persimpangan kereta tak berjalan.  Â
Frekuensi kereta masuk jauh lebih tinggi dari frekuensi kereta pengumpan. Â Akibatnya terjadi penumpukan penumpang.Â
Lalu tabrakan penumpang turun dan penumpang naik tak terhindarkan saat kereta pengumpan datang. Semua ingin menjadi yang pertama naik ke gerbong karena takut telat masuk kantor. Â
Gimana gak horor, coba.
Setidaknya begitu menurut laporan kompasianer Widi Kurniawan di Kompasiana tanggal 17 Oktober 2022. (Baca: "Senin Pagi Horor di Stasiun Manggarai", K. 17/10/2022)
Sehari setelah peristiwa horor di Manggarai, dilaporkan pula adanya horor di Halte Trans Jakarta Bundaran Senayan.  Terjadi penumpukan penumpang di halte itu karena kelangkaan bus Trans Jakarta menuju  destinasi-destinasi tertentu.  Bayangkan halte sempit penuh sesak, sementara pandemi belum sepenuhnya kelar.Â
Apa gak horor, tuh.
Sekurangnya begitulah menurut laporan kompasianer Tety Polmasari di Kompasiana tanggal 18 Oktober 2022. (Baca: "Halte Busway Transjakarta Bundaran Senayan Kalau Sore Juga 'Horor'".)
Saya jadi heran. Â Baru dua hari Anies Baswedan meninggalkan Balai Kota Jakarta, purna tugas, kok ya sudah bermunculan laporan soal kehororan Jakarta.
Berarti, logikanya, Â saat Anies Baswedan menjadi Gubernur Jakarta tak ada horor-horor semacam itu. Â Yang ada, "maju kotanya, bahagia warganya". Â
Banjir? Ah, itu bukan horor, hanya genangan air maksimal 6 jam. Â Artinya, Jakarta boleh terendam air selama 6 jam per hari (24 jam), atau 2,190 jam (91.25 hari) per tahun (365 hari).
Macet? Ah, itu juga bukan horor, hanya kemandegan laju kendaraan pada jam-jam sibuk. Â Faktanya, Jakarta anti-macet pukul 24.00 WIB dan pada hari Minggu atau tanggal merah, atau pada saat wajib WFH.
Intinya, selama ini tidak ada laporan soal horor di Jakarta. Â Mungkin karena Anies Baswedan mampu mengatasi horor-horor perkotaan, bahkan cukup dengan kata-kata.
Jadi, apa gerangan yang terjadi dengan kota Jakarta? Baru dua hari ditinggalkan Anies Baswedan, warganya sudah diteror horor di stasiun kereta dan halte bus. Â Hari ini dan besok laporan teror horor di mana lagi?
Pak Heru, tolong, selaku Pj Gubernur Jakarta bebaskan Jakarta dari horor-horor di ruang publik. Â Sekali lagi, di ruang publik. Khususnya di bidang transportasi. Ingat, transportasi, bukan kaki.Â
Tapi, ngomong-ngomong, apakah Pak Heru tahu artinya "horor"? Nanya, serius. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H