Coba Tim Riset itu gak malas gerak. Pergi ke pedesaan Luar-Jawa sana. Pasti mereka keteteran jauh di belakang orang desa yang tiap hari jalan lintas alam.Â
Lalu akan keluar dengan kesimpulan ini: Indonesia itu negri bangsa pejalan kaki.
Tak perlu merujuk orang Baduy dalam, Suku Anak Dalam, Sakai Riau, Dayak pedalaman, atau Papua pegunungan sebagai contoh. Iru terlalu ekstrim.
Saya beri gambaran tipologis pedesaan saja. Tahun 1960-an, waktu SD di Toba, tiap hari saya harus jalan kaki 6 km bolak-balik ke sekolah. Setelah itu 4 km bolak-balik ke padang penggembalaan kerbau. Â
Hal seperti itu masih terjadi sampai hari ini di sana.
Tahun 1990-an di pedesaan Ende Flores. Saya harus jalan kaki berkilo-meter tiap hari mengikuti aktivitas petani ke ladang dan desa lain. Â Tidak ada kendaraan umum setiap saat seperti di kota-kota besar.
Keadaan sekarang di pedesaan Ende belum banyak berubah.
Mungkin kamu menyanggah. Ah, itu kan tahun 1060-an dan 1990-an. Sekarang tahun 2000-an. Sarana dan prasarana transportasi sudah jauh lebih maju.
Ya, itu benar. Terutama jika bicara tentang keadaan di pulau Jawa dan Bali. Serta sebagian Sumatera dan Sulawesi.Â
Tapi sekalipun sarana dan prasarana transportasi telah maju, mayoritas warga pedesaan tidak meninggalkan kaki di rumah saat bepergian ke sawah/ladang atau dusun tetangga.
Sampai tahun 2010-an, saya masih kerap membaca atau menonton berita tentang orang desa, anak sekolah atau orang dewasa, yang harus berjalan kaki ke sekolah atau tempat kerja. Bahkan ada yang harus menyeberangi sungai, atau meniti di bentangan dua utas kabel. Â