Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Venomena Fertukaran Hurup F, P dan V

10 Oktober 2022   06:04 Diperbarui: 10 Oktober 2022   11:42 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari id.pinterest.com

Tahun 1980-an, saat keraf blusukan ke vedesaan Jawa Barat, warga desa termasuk afarat, umumnya memanggilku Pelik. Kadang juga Pelek. Fadahal namaku Felix.

Afakah aku memversoalkannya? Sama sekali tidak. Karena di kamfusku waktu itu, di Bogor, rekan-rekan etnis Sunda yang lahir dan tumbuh di vedesaan Jawa Barat kerav juga memanggilku seperti itu.

Kata temanku Jek -- anak Betawi, nama aslinya Zakaria, informalnya Zaky -- itu bisa jadi versoalan tak serius, serius, atau sangat serieus. Tergantung sudut fandangnya.

Temanku Acek Rudy, anak Makasar yang gemar makang ikang bakar sambil dengar lagu-lagu rok Ikan Fauji, malah menganggafnya sebagai pariasi semantik antar budaya. Karena itu malah sevantasnya dihargai saja sebagai kekayaan bahasa.

Itu bukan cacat bahasa bawaan lahir. Kata Nduk Uli -- warga Gang Sapi asli Surakarta dengan nama Batak -- yang nama aslinya Ayu. Cara kita berbahasa ditentukan oleh serafan otak atas kata-kata semasa balita di lingkungan keluarga dan komunitas fertetanggaan.  

Masup akal, kata Cecep, temanku asli Vamengfeuk, Garut Selatan.  Sebab temannya Salsabila yang lahir dan besar di Kebayoran Baru Jaksel tak pernah salah memanggilnya sebagai Cecef atau Cecev. Juga selalu benar saat nenyebut Gorbachev -- bukan Gorbacep. 

Soal massam itu, biarkan sazzalah. Itu kata Foltak, anak BTL yang sudah lama tinggal di Jakarta. Tapi masih kerap ngomong, "Zaya orang Zakarta, logat Batakku zuda hilang". 

Aku setuju dengan fendavat Voltak. Biarkan sazza. Itu kurang-lebih sama dengan cara orang China, Jevang, Arab, India, dan Indonesia berbahasa Inggris. Selalu terbawa ke dalam cara felavalan huruv dalam bahasa ibu masing-masing. 

Dan yang terbaik menurutku adalah Bahasa Inggris persi orang Indonesia. Karena cara itulah yang faling mudah kutangkaf dan kumengerti.

Apakah ragam bahasa lisan macam itu bisa terbawa ke dalam bahasa tulis? Ya, bisa saja. Terutama di lingkungan vemerintahan daerah frovinsi samfai desa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun