Pembaca Playboy dilarang baca artikel ini. Sudah pasti Acek Rudy salah satunya. Sebab kemarin dia menulis soal Playboy. Kamu tahu kan formula ini: "baca dulu baru tulis".
Bukan hanya pembaca Playboy. Pembaca Penthouse, seri novel "tikungan" Nick Carter, novel-novel "bertendensi" Enny Arrow, dan cersil-cersil "mortar and pestel" juga dilarang baca artikel ini.
"Kenapa sih dilarang? Gue kan udah teransan baca judulnya?" protes Acek Rudy.
Ya, ampun, Acek. Ini kan hanya larangan. Semua kompasianer juga tahu, Acek terbiasa melakukan hal-hal terlarang. Antara lain bisnis azimat AU dan "ramuan penegak". Semuanya kadaluarsa.
Tapi tolonglah, Pak Tjip dan Bu Lina jangan sampai baca artikel ini. Â Beliau berdua sudah terlalu lansia untuk memikirkan persoalan burung Romo Bob.
Nah, perhatikan. Kata |bu.rung| pada judul artikel ini tanpa tanda petik. Bukan karena Engkong Felix gak suka petik-memetik. Bukan. Tapi karena Engkong sedang bicara tentang burung sungguhan.Â
Burung gereja. Itu burung sungguhan bukan?
Kamu tahu Romo Bob alias Kompasianer Ruang Berbagi itu seorang pastor Katolik, bukan? Â Kamu juga tahu burung gereja itu berumah di gereja, bukan?Â
Karena gereja (Katolik) adalah domain Romo Bob, maka praktis burung gereja yang ada di situ juga menjadi kepunyaan Romo Bob. Begitu ketentuannya menurut undang-undang agraria. Pasal berapa, Engkong lupa.
Lupa? Iya, masalah buat elu? Lansia yo wis wayahe lali. Jangankan pasal-pasal undang-undang, foro Engkong aja Engkong lupa yang mana. Semua kok tampak mirip Leonardo DiCaprio atau Orlando Bloom, ya.