Lima pertanyaan di atas harus terjawab positif (ya/benar, didukung bukti) secara konsisten dari nomor (1) sampai (5).  Jika pertanyaan (1) tidak benar, maka empat pertanyaan berikutnya pasti tidak benar.  Atau, jikalau pertanyaan (1)  benar, belum tentu juga pertanyaan (2) dan seterusnya  benar.
Hanya dan hanya jika kelima pertanyaan terjawab positif, dalam arti konsisten  benar (didukung bukti), maka dapat dibuat suatu sangkaan bahwa "kematian Brigadir J adalah suatu kasus deep throat killing".  Artinya, Brigadir J dilenyapkan karena informasi yang dimilikinya berisiko tinggi untuk menghancurkan sejumlah petinggi kepolisian, atau secara lebih spesifik "FS dan orang-orang di lingkarannya".
Jika benar pembunuhan Brigadir J adalah sebuah kasus deep throat killing, maka kejadian itu lebih merupakan tindakan sosial rasional instrumental. Artinya pembunuhan itu sesuatu yang telah dipertimbangkan dan dipilih tujuan dan alatnya secara rasional. Dengan kata lain tindakan pembunuhan itu sudah dihitung risikonya, demi sebuah tujuan tertentu yang "menguntungkan" pelaku atau para pelakunya.
Hipotesa 2:Â Honour Killing
Kasus honour killing, pembunuhan demi menegakkan kehormatan keluarga, paling kerap terjadi di India dan negara-negara Timur Tengah. Â Kasus perkawinan beda kasta, agama, dan kelas sosial misalnya bisa berujung pada pembunuhan salah seorang atau kedua mempelai oleh keluarga yang merasa kehormatannya dihinakan atau diinjak-injak.Â
Kasus honour killing seperti itu berterima dalam lingkungan masyarakat pelaku, Â karena ada nilai kehormatan keluarga yang harus ditegakkan. Justru kalau tidak demikian, maka keluarga yang "dihinakan" itu akan tambah dihina lingkungan sosialnya.
Pada kelompok etnis tertentu di nusantara, ada juga kasus honour killing, walau semakin jarang terjadi. Â Sebut misalnya siri nipakasiri pada masyarakat Bugis/Makasar Sulawesi Selatan dan carok pada masyarakat Madura.Â
Siri nipakasiri secara khusus adalah tindakan untuk menegakkan kehormatan atau martabat keluarga.  Jika perlu, dan sering terjadi begitu, dengan cara membunuh orang yang dianggap telah melukai kehormatan keluarga. Â
Jika hipotesa honour killing diujikan pada kasus pembunuhan Brigadir J, maka tindakan sosial siri nipakasiri itu mungkin dapat diambil sebagai dugaan. Ini mengingat  dua hal berikut:
- FS, yang disebut sebagai tersangka "otak pembunuhan", memiliki "darah" Sulawesi Selatan sehingga sedikit-banyak mungkin memegang nilai siri nipakansiri dalam dirinya. [3]
- FS memberi pengakuan kepada penyidik Bareskrim bahwa pembunuhan terhadap Brigadir J didasari motif menegakkan kehormatan keluarganya yang telah dilukai oleh Brigadir J. [4]
Pertanyaan yang harus dijawab untuk membuktikan kebenaran hipotesis honour killing ini adalah:
- Apakah benar Brigadir J telah melakukan suatu tindakan yang dinilai FS Â melukai kehormatan keluarganya?
- Apakah benar tindakan Brigadir J yang dinilai FS melukai kehormatan keluarganya itu sudah pada tingkatan layak diganjar dengan pembalasan berupa siri nipakasiri berupa pembunuhan?
- Apakah benar cara  pembunuhan Brigadir J telah bersesuaian dengan kaidah siri nipakasiri?
- Apakah benar dengan terbunuhnya Brigadir J maka kehormatan keluarga FS telah ditegakkan kembali?
Seperti halnya pada pembuktian hipotesis deep throat killing, pembuktian hipotesis honour killing juga mempersyaratkan jawaban yang konsisten positif (ya/benar, didukung bukti) dari nomor (1) sampai nomor (4). Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!