Sebaliknya, sekolah Y mungkin melarang tegas tindakan "pemberian" dari murid/orangtua kepada guru. Â Karena menganggapnya sebagai tindakan yang buruk (tak etis), dalam arti bertentangan dengan norma sosial yang berlaku. Di situ pemberian dianggap sebagai tanda "pengharapan" kepada guru. Harapannya, guru melakukan sesuatu yang menguntungkan pihak pemberi.
Pemberian menurut Marcel Mauss
Sikap "pro" atau sebaliknya "kontra" pada tindakan "pemberian materi" oleh murid/orangtua kepada guru, umumnya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan subyektif. Â Baik itu berdasar nilai atau norma yang diyakini secara subyektif, maupun berdasar pengalaman pribadi yang sifatnya subyektif juga.
Untuk memahami gejala "pemberian kepada guru" itu secara relatif obyektif, saya ingin menawarkan teori "pemberian" (gift) dari Marcel Mauss, sosiolog Prancis, sebagai kerangka pikir. Menurut Mauss, tidak ada pemberian yang cuma-cuma. (Baca: The Gift: forms and functions of exchange in archaic societies, London: Routledge, 1990).Â
Berdasar hasil studi mendalam pada masyarakat-masyarakat kuno, Mauss menyimpulkan bahwa pada setiap pemberian senantiasa melekat suatu harapan akan balasan atau imbal-balik. Pemberian, kata Mauss, adalah suatu "prestasi" (prestation) dari pemberi.  "Prestasi" itu kelak harus dibalas penerima dengan suatu imbal-balik dengan nilai "prestasi" yang  lebih tinggi. Â
Dalam konsepsi Mauss, rangkaian tindakan "memberi, menerima, dan memberi-balik" adalah proses sosial terus-menerus. Proses itu kemudian mewujudkan solidaritas sosial, suatu jaringan pertukaran sosial permanen yang menjalin relasi kohesif dalam. komunitas.Â
Bisa dikatakan, menurut konsepsi Mauss, "pemberian" itu tidak bermakna sebagai "penghargaan" atas sesuatu yang telah dilakukan penerima. Â Melainkan, sebaliknya, "pemberian" itu bermakna sebagai "pengharapan" atas sesuatu yang akan dilakukan oleh penerima. Â
Merujuk pada makna "pemberian" menurut Mauss itu, kita bisa melangkah pada analisis makna pemberian hadiah oleh murid/orangtua kepada guru. Apakah pemberian itu simbol "penghargaan" untuk guru  atau sebaliknya "pengharapan" dari orangtua/murid?
Tafsir Makna Pemberian kepada Guru
Untuk meringkaskan analisis, saya ingin menyajikan tipologi "pemberian pada guru" berdasar pengalaman dan pengamatan di lima sekolah di Jakarta Selatan. Â Satu SD Swasta, satu SMP Swasta, satu SMP Negeri, dan dua SMA Swasta.
Untuk membangun tipologi itu, saya telah membedakan kategori "pribadi" dan "kolektif" baik untuk murid/orangtua sebagai pemberi maupun untuk guru sebagai penerima. Â Kemudian perbedaan makna "pemberian" itu didekati melalui perbedaan waktu pemberian, yaitu pada "akhir tahun pelajaran" dan "awal/tengah tahun pelajaran".
Hasilnya adalah tipologi makna pemberian murid/orangtua kepada guru seperti pada matriks berikut ini: