Ya, orangtua murid waktu itu hormat kepada guru. Karena itu murid takut melawan guru. Takut dihajar bapaknya sendiri.
Waktu SMP tahun 1970-an, seorang teman Engkong digampari Pak Guru Bahasa Indonesia gara-gara guyon menyapa, "Selamat pagi, Bu Guru." Pak Guru itu merasa terhina lalu  menampari bolak-balik pipi kanan dan kiri milik teman tadi. Lumayan, pipinya kiri dan kanan jadi bengkak merah merona menggairahkan.
Itu belum seberapa. Masih di SMP, kuping teman Engkong -- bukan Engkong ya -- pernah sobek dijewer guru Aljabar. Itu gara-gara dia gak bisa mengerjakan satu soal persamaan. Untung UGD rumah sakit selalu terbuka di seberang sekolah. Untung juga bukan Engkong yang ditanya waktu itu. Sebab Engkong sama tak tahu juga jawabannya.
Lebih ngeri lagi waktu di SMA, akhir 1970-an. Seorang guru killer menghajar murid satu kelas, termasuk Engkong, Â lantaran seorang murid perempuan melapor kehilangan uang jajan. Murid itu kebetulan anak gadis Pak Guru killer tersebut. Usut punya usut, ternyata murid itu bukan kehilangan uang jajan. Tapi bapaknya, guru killer itu yang sedang naik pitam itu, lupa memasukkan uang jajan ke dompet anaknya. Absurd, tapi kami satu kelas sudah kadung babak-belur. Ya, sudah, mau apa lagi, ketawa getir sajalah.
Sekarang Engkong mau tanya, ada gak guru masa kini yang seberani guru-guru Engkong?
Bah, mana ada. Penakut semua!Â
Salam damai untuk para guru! (eFTe)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H