Takut ditegur atasan. Takut dikecam orangtua murid. Takut dipukul murid. Takut diadukan kepada polisi. Takut lihat borang. Takut ditaksir murid. Takut terima hadiah.
Takut apa lagi. Silahkan perpanjang daftarnya.
Engkong berani nulis begini karena punya banyak teman guru di grup aduchat Gang Sapi. Isi chat mereka bernuansa suspense melulu. Takut ini, cemas itu, repot anu, bingung ani.Â
Hadeuh, Engkong jadi stres sendiri. Apakah guru sekarang jadi profesi yang menakutkan?
Engkong pernah tanya, "Mengapa para guru di Kompasiana jarang nulis humor? Bukankah kelas dan sekolah itu sarang kelucuan?"
Seorang guru senior warga Gang Sapi menjawab, "Sekarang sekolah dan kelas tak lucu lagi. Menakutkan. Terlalu banyak borang dan aplikasi. Bikin stres. Kami sampai lupa bahwa kami adalah guru. Manusia. Bukan robot pengajar."
"Kalau gak digaji, gue ogah jadi guru," pungkasnya. Yaah, mas, orang juga ogah jadi DPR kalau gak dibayar.
Bah! Ngeri kalipun!
Engkong jadi ingat guru-guru Engkong tahun 1960-an dan 1970-an yang gak ada takutnya. Tak pernah ragu bertindak keras kepada murid, jika memang diperlukan.
Pernah satu kali, tahun 1970, guru SD di kelas Engkong menggampar seorang murid nakal tapi bodoh. Lalu murid itu mengadu kepada bapaknya di rumah. Besok paginya, murid tadi diantar bapaknya ke sekolah dengan wajah bengap-bengap berkat bonus bogem mentah dari bapaknya. "Jangan segan-segan menghajarnya kalau masih bandel, Gurunami," pesan bapak anak itu dengan santun.