Saat kamu malas membaca, menulislah.
Malas itu hak setiap orang. Jadi kamu, kamu, dan kamu silahkan malas. Asal siap menanggung konsekuensinya. Semisal kamu suami malas bangun, bersiaplah kepalamu dibanjur istri pakai air cucian beras.
Engkong Felix juga malas pagi ini. Jam segini masih rebahan juga di pembaringan. Tapi Engkong tidak khawatir konsekuensinya. Sebab istri Engkong tidak sedang cuci beras. Dia ikutan malas disamping Engkong.
Bukan malas bangun. Â Karena Engkong sebenarnya sudah bangun mendahului azan subuh. Selalu begitu. Engkong hanya malas bangkit. Rasanya punggung tua ini seolah sudah melekat menyatu dengan kasur tua.Â
Biasanya Engkong rajin baca Kompasiana selepas azan subuh. Tapi kali ini malas. Benar-benar malas. Engkong hanya sempat balas sejumlah komentar di artikel.Â
Setelah itu baca kilat satu dua artikel untuk kemudian kasi rating dan "komentapir", komentar tanpa pikir. Semacam  "Dahsyat", "Cadas", "Semprul", "Udah tau", "Keren", "Miris", dan lain-lain sejenis itu.
Komentapir itu bentuk kemalasan juga. Malas membaca secara benar, sehingga malas berkomentar secara benar juga. Kalau semua artikel, apapun kategorinya, dikomentari "Dahsyat", "Semprul", atau "Keren", berarti ada yang salah dengan benak.Â
Bisa dipastikan benak komentator seperti terpapar virus Kompasiana malasiana. Entah itu varian dahsyatorona, semprulclosis, kerenavirus, krewardphobiatus, atau yang lainnya. Engkong Felix sudah pernah terpapar semua varian itu.
Pagi ini lebih parah. Engkong terpapar virus Kompasiana malasiana dari varian kenthirtotalus. Ini varian virus yang menyebabkan malas baca tapi terangsang nulis artikel di Kompasiana. Maka jadilah artikel ini. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H