Pindah ke Kalimantan Timur? Siapa takut. Di sana hidup lebih bahagia.
Pembandingnya tentu saja DKI Jakarta. Sebab Kalimantan Timur (Kaltim) akan ketempatan IKN baru, Nusantara.Â
Kelompok penolak pemindahan IKN dari Jakarta ke Kaltim selalu bertanya, "Siapa yang mau pindah ke sana?"Â
Dalam imajinasi kelompok penolak itu, dibanding Jakarta, Kaltim itu semacam "tempat jin buang anak", dihuni "gendoruwo dan kuntilanak", dan "hanya monyet" yang mau pindah ke sana.[1]
Itu jelas ngawur. Kaltim itu daerah yang sangat layak huni. Bahkan, jika tujuan hidup adalah kebahagiaan maka warga Jakarta, atau pulau Jawa umumnya, sebaiknya pindah ke sana.
Untuk menguatkan ajakan di atas, saya akan bandingkan Jakarta dan Kaltim pada tiga indikator sosial. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Angka Kemiskinan, dan Indeks Kebahagiaan.[2]
Pembangunan Manusia Lebih Pesat di Kaltim Ketimbang di Jakarta
IPM adalah ukuran capaian tiga dimensi utama pembangunan manusia yaitu umur panjang dan hidup sehat (kesehatan), pengetahuan (pendidikan), dan standar hidup layak (pengeluaran).Â
Ukurannya, secara berturut-turut adalah:
- Kesehatan: rerata jumlah tahun harapan hidup bagi bayi baru lahir.
- Pendidikan: rerata lama sekolah dan harapan lama sekolah.
- Pengeluaran: pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan (ditentukan dari nilai pengeluaran riil, indeks harga, dan paritas daya beli).
Berdasar data Statistik Indonesia 2021 (BPS), untuk tahun 2020 Â IPM DKI Jakarta (80.77) dan Kaltim (76.24) ternyata di atas IPM Nasional (71.94). Angka IPM Jakarta merupakan yang tertinggi, tapi IPM Kaltim adalah urutan ketiga. Urutan kedua adalah DI Yogyakarta (79.97).
Capaian pembangunan manusia di Kaltim itu lebih tinggi dibanding capaian Banten (72.45), Jabar (72.09), Jateng (71.82), dan Jatim (71.71). Atau bahkan lebih tinggi dari IPM Pulau Jawa secara keseluruhan (74.80).Â