Saya merenung. Apa yang membuat karya-karya seni di ruang publik Jakarta dalam lima tahun terakhir berumur pendek? Saya tiba pada sebuah jawaban hipotetis. Gejala ars brevis vita longa terjadi di kota ini karena seni telah dijadikan instrumen kekuasaan, alat citradiri atau penjenamaan penguasa.
Di ruang publik Jakata kini, seni bukan lagi persembahan indah untuk kehidupan manusia, melainkan semata simbol status bagi penguasa kota. Seni telah menjadi alat kepentingan politik yang berorientasi jangka pendek. Jadi karya seni dibuat untuk jabgka pendek juga.
Maka seni telah mati di Jakarta, saat penikmat masih hidup dan calon penikmat baru lahir. (eFTe) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H