Dengan diketahuinya penyebab dan mekanisme kemunculan warna belang pada kerbau Toraja ini maka keberadaan kerbau belang, salah satu plasma nutfah khas Indonesia, dapat dilestarikan.
Menariknya, dari diskusi singkat dengan Ronny R. Noor, hasil riset itu hanya akan digunakan untuk pelestarian kerbau belang Toraja di daerah Toraja sendiri. Tidak ada upaya kapitalisasi hasil riset untuk pengembangan populasi kerbau belang Toraja di daerah atau negara lain. Penghargaan pada keunikan plasma nuftah lokal dan budaya lokal bersifat mutlak di sini.
Bisa dibayangkan, jika Ronny R. Noor dan kawan-kawan periset Indonesia terpapar idiologi liberalisme/kapitalisme, temuan itu mungkin akan dikomersilkan ke pasar inovasi dunia.Â
Hanya karena Ronny R. Noor dan kawan-kawan berpegang teguh pada Pancasila, khususnya terkait pelestarian kebhinnekaan plasma nutfah nasional, maka mereka membangun komitmen hanya akan menggunakan temuan itu untuk kepentingan orang Toraja.
Riset pola belang kerbau Toraja oleh Ronny R. Noor dan kawan-kawan itu adalah contoh gemilang riset berbasis ideologi Pancasila. Para periset berhasil menegakkan nasionalismenya. Mereka hanya akan menggunakan hasil riset untuk menguatkan kemajemukan sosial bangsa dan keanekaragaman hayati nasional.
Kinerja Ronny R. Noor dan kawan-kawan adalah model kedaulatan riset berbasis ideologi Pancasila yang ditargetkan BRIN dan Dewan Pengarah BRIN. Tidak ada pemberangusan kebebasan akademik di situ. Yang terjadi adalah artikulasi kebebasan akademik untuk penguatan masyarakat Pancasilais, NKRI, dan bhinneka tunggal ika.
Bisa dikatakan BRIN dan Dewan Pengarah BRIN bermaksud menegakkan riset nasional berbasis ideologi Pancasila di Indonesia. Dengan kata lain periset kita tak akan lagi menguatkan ideologi bangsa dan negara lain, melainkan ideologi bangsa dan negara sendiri. Singkat kata, kedaulatan riset nasional.(eFTe)
Rujukan:
[1] "Polemik Jokowi Lantik Megawati jadi Ketua Dewan Pengarah BRIN", tirto.id, 14/10/2021.Â
[2] Ronny R. Noor, "Menguak Rahasia Kerbau Belang Toraja", kompasiana.com, 16/01/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H