Perlu diingat BRIN bukan lembaga yang bebas dari kontrol sosial dan politik. Ada lembaga DPR Â yang wajib mengontrol visi, misi, strategi, dan program riset BRIN. Â Agar tak melenceng dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Tugas masyarakat madani juga untuk mengingatkan hal itu.
Lagi pula anggota BRIN itu, kecuali Megawati, bukanlah orang partai. Upaya mengarahkan BRIN sebagai instrumen partai, bagaimanapun, akan mendapat perlawanan dalam internal Dewan Pengarah sendiri.
***
Paparan di atas mungkin terlalu abstrak dan sedikit susah dipahami. Saya akan menariknya ke aras mikro, dengan mengambil kasus riset pembentukan pola warna pada kerbau belang Toraja. Hasil riset itu sudah diumumkan Ronny R. Noor di Kompasiana baru-baru ini.[2]
Kerbau belang Toraja itu adalah kekayaan plasma nutfah khas Indonesia. Tidak ada di tempat lain di dunia ini.Â
Fungsi adat kerbau belang sangat penting untuk upacara kematian dalam masyarakat Toraja. Korban kerbau belang adalah keharusan adat. Tetap dibeli walau harganya bisa mencapai ratus juta sampai milyar rupiah.
Masalahnya populasi kerbau belang Toraja dihadapkan pada risiko kepunahan. Karena tingkat kesuburan yang rendah. Serta tingkat mortalitas embrio dan anaknya tinggi. Suatu saat kerbau belang bisa punah, dan nilai adat kematian orang Toraja akan memudar.
Karena itu, keberadaan kerbau belang Toraja harus dilestarikan, dengan cara menemukan rahasia pembentukan pola belangnya. Sebuah tim riset gabungan telah melakukan riset tersebut. Terdiri dari periset dari Fakultas Peternakan IPB, Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Â LIPI, Swedish Agriculture University (SLU, Swedia) dan Uppsala University (Swedia).
Dengan cara menganalisis DNA pada materi genetik sperma kerbau belang yang telah dikorbankan, tim riset akhirnya berhasil menemukan rahasia pembentukan pola belang pada kebau Toraja. Analisis DNA itu difokuskan pada  gen microphthalmia-associated transcription factor (MITF) yang mengatur kemunculan warna totol totol pada kerbau rawa Asia.
Hasil analisis menunjukkan kemunculan pola belang pada kerbau Toraja disebabkan dua mutasi independen DNA di gen MITF. Pertama, premature stop codon (c.328C>T, p.Arg110*) dan, kedua, donor splice-site mutation (c.840+2T>A, p.Glu281_Leu282Ins8). Â
Temuan rahasia pembentukan pola  belang pada kerbau Toraja itu sangat penting dalam upaya pelestariannya. Hal itu memungkinkan embrio kerbau belang yang memiliki mutasi pembentukan belang  spesifik dapat digunakan untuk perbanyakan populasi kerbau belang. Itu bisa mencegah kepunahan kerbau belang Toraja.