Suka. Ah, tidak. Tapi, sangat suka, suka hati.
Jujur, sejujur-jujurnya. Itu perasaan saya setelah membaca artikel Mas Nurulloh, COO Kompasiana, "Saatnya Kompasianer Perluas Jangkauan dan Wujudkan Mimpi Bergabung di KG Media" (K. 21/12/2021).
Inti artikel Mas Nurul itu,  Kompasianer dengan konten kreasinya  berpeluang diintegrasikan atau direkrut ke dalam Kompas Gramedia atau KG Media.
Saya kutipkan janji Mas Nurul dalam artikelnya:
"Mulai tahun 2022, Kompasiana tidak hanya sekadar menjadi medium berbagi dan berinteraksi tetapi juga menjadi penghubung dalam pendistribusian konten dan menjadi saluran dalam perekrutan talenta muda dalam pengembangan karier."
Program baru itu dinamai KOMPASIANA HUB! Hub dalam arti Kompasiana menjadi "penghubung dalam pendistribusian konten dan menjadi saluran dalam perekrutan talenta muda dalam pengembangan karier".
Jadi, Kompasiana tidak lagi sekadar bermain dalam lingkaran "dari kita untuk kita oleh kita".
Kata Mas Nurul, akan ada dua jalur integrasinya.
Pertama, jalur "penyebaran-luasan konten" (content extension). Lewat program ini konten Kompasianer -- yang setuju dan memenuhi syarat -- pengikut program akan disebar-luaskan ke/melalui jaringan media arus utama KG Media. Semisal KOMPAScom, Tribunnews, Grid Network, dan KompasTV.
Dengan begitu, konten Kompasianer dapat menjangkau khalayak pengakses yang lebih luas.
Sebenarnya program ini tidak sepenuhnya baru. Selama ini -- sesuai syarat dan ketentuan Kompasiana -- sejumlah konten Kompasianer sudah muncul juga di KOMPAScom, Tribunnews, Grid Network, dan KompasTV.Â
Bedanya, kalau selama ini gratisan, nanti penyebar-luasan konten Kompasianer akan mendapat  imbalan uang. Artinya Kompasianer akan mendapat imbalan ganda: K-Reward dan KG Reward.
Kedua, jalur "pangkalan bakat" (talent pool). Lewat program ini Kompasianer muda -- mahasiswa dan lulusan baru -- yang dinilai potensil berpeluang direkrut untuk berkarir di KG Media Network.
Dengan begitu, Kompasiana berfungsi sebagai jalur promosi diri bagi  Kompasianer yang berminat bekerja di KG Media.
Secara informal, program ini mungkin sudah berjalan juga. Â Kegiatan sebagai Kompasianer aktif dan produktif, menghasilkan konten bermanfaat, bisa menjadi portofolio untuk melamar kerja di KG Media atau lain media.
Kendati suka hati, saya punya sedikit catatan untuk Mas Nurul. Catatan ya, bukan kritik.
Pertama, kriteria eligibilitas integrasi ke KG Media mesti terbuka. Apakah misalnya Kompasianer verifikasi biru otomatis memenuhi syarat? Itu tentu tak adil bagi Kompasianer verifikasi hijau yang kontennya kerap AU di Kompasiana. Kendati AU bukan ukuran tunggal untuk mutu konten.
Atau, apakah basis eligibilitas bukan status verifikasi melainkan konten itu sendiri? Artinya, unit seleksi adalah konten, bukan Kompasianer. Â
Kedua, distingsi konten "kebisingan" dan konten "bermakna" harus objektif. Harus jelas ukurannya. Jangan semata  harus sesuai atau bermakna untuk kepentingan bisnis KG Media. Orang di ujungnya bisa bertanya, bising atau betmakna untuk siapa?
Saya sebenarnya lebih menggunakan distingsi "konten manfaat" dan "konten mudarat". Manfaat (konstruktif) atau mudarat (destruktif) untuk kebaikan dan kemajuan bersama sebagai sebuah bangsa. Ukurannya sudah ada dalam hukum positif kita.
Ketiga, tolong dipastikan program penyebar-luasan konten tidak diskriminatif. Ada sejumlah Kompasianer yang mendedikasikan diri menghasilkan konten yang tak populer, semisal  fiksi dan humor, di Kompasiana. Apakah fiksi dan humor, misal saja, sudah mendapat tempat yang layak di jaringan KG Media? Jika belum, maka program itu berpotensi diskriminatif.
Keempat, program "pangkalan bakat" agaknya diskriminatif karena hanya memberi peluang pada Kompasianer muda. Â Ini seperti meremehkan kemampuan Kompasianer uzur. Kami yang tua-tua ini, yang sudah banyak makan asam dan garam kehidupan, juga mampu menghasilkan konten bermanfaat seperti para anak muda.Â
Jadi, tolong pikirkan juga program "pangkalan bakat" untuk Kompasianer lansia. Bisa juga kan bikin "pangkalan bakat tua" (old talent pool).Â
Tua kelapa, makin tua makin bersantan. Walau, tentu saja, ada juga tua keladi, makin tua makin gatal. Ngomongnya kamasutra melulu, misalnya, lho.
Kelima, apakah bila sudah terintegrasi ke jaringan KG Media maka konten Kompasianer anan dari pembajakan? Misalnya dari pembajakan telanjang oleh situs siapgrak!com? Jika tidak, maka isu pelecehan terhadap hak cipta tetap tertangani. Lama-lama khalayak pengakses bisa berpikir bahwa KG Media itulah penjiplak artikel yang tayang di siapgrak!com.
Begitulah sekadar catatan dari saya. Saya tidak menyampaikan catatan ini lewat email langsung ke Mas Nurul, seperti yang diharapkannya. Tidak, saya mau terbuka. Saya tidak ingin ada rahasia di antara kita Mas Nurul. Amit-amit, deh, emangnya kita laki apaan? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H