Sebenarnya program ini tidak sepenuhnya baru. Selama ini -- sesuai syarat dan ketentuan Kompasiana -- sejumlah konten Kompasianer sudah muncul juga di KOMPAScom, Tribunnews, Grid Network, dan KompasTV.Â
Bedanya, kalau selama ini gratisan, nanti penyebar-luasan konten Kompasianer akan mendapat  imbalan uang. Artinya Kompasianer akan mendapat imbalan ganda: K-Reward dan KG Reward.
Kedua, jalur "pangkalan bakat" (talent pool). Lewat program ini Kompasianer muda -- mahasiswa dan lulusan baru -- yang dinilai potensil berpeluang direkrut untuk berkarir di KG Media Network.
Dengan begitu, Kompasiana berfungsi sebagai jalur promosi diri bagi  Kompasianer yang berminat bekerja di KG Media.
Secara informal, program ini mungkin sudah berjalan juga. Â Kegiatan sebagai Kompasianer aktif dan produktif, menghasilkan konten bermanfaat, bisa menjadi portofolio untuk melamar kerja di KG Media atau lain media.
Kendati suka hati, saya punya sedikit catatan untuk Mas Nurul. Catatan ya, bukan kritik.
Pertama, kriteria eligibilitas integrasi ke KG Media mesti terbuka. Apakah misalnya Kompasianer verifikasi biru otomatis memenuhi syarat? Itu tentu tak adil bagi Kompasianer verifikasi hijau yang kontennya kerap AU di Kompasiana. Kendati AU bukan ukuran tunggal untuk mutu konten.
Atau, apakah basis eligibilitas bukan status verifikasi melainkan konten itu sendiri? Artinya, unit seleksi adalah konten, bukan Kompasianer. Â
Kedua, distingsi konten "kebisingan" dan konten "bermakna" harus objektif. Harus jelas ukurannya. Jangan semata  harus sesuai atau bermakna untuk kepentingan bisnis KG Media. Orang di ujungnya bisa bertanya, bising atau betmakna untuk siapa?
Saya sebenarnya lebih menggunakan distingsi "konten manfaat" dan "konten mudarat". Manfaat (konstruktif) atau mudarat (destruktif) untuk kebaikan dan kemajuan bersama sebagai sebuah bangsa. Ukurannya sudah ada dalam hukum positif kita.
Ketiga, tolong dipastikan program penyebar-luasan konten tidak diskriminatif. Ada sejumlah Kompasianer yang mendedikasikan diri menghasilkan konten yang tak populer, semisal  fiksi dan humor, di Kompasiana. Apakah fiksi dan humor, misal saja, sudah mendapat tempat yang layak di jaringan KG Media? Jika belum, maka program itu berpotensi diskriminatif.