Semua mata tertuju pada Poltak. Â Teman-temannya ingin mendengar pengakuan langsung dari mulutnya.
"Benarlah! Dia sudah diberkati Pastor Paroki kami!" sergah Binsar dengan mata melotot.
"Itu artinya Poltak sudah dilantik jadi pastor!" sambung Bistok.
"Bah. Sudah jadi pastor. Â Tak bisalah kau kawin, ya, Poltak," kata Polmer dengan nada sesal.
"Kemanalah Si Berta itu nanti. Tanggungjawablah kau, Poltak," sambung Alogo sambil melirik Berta yang duduk diam menunduk di bangkunya. Â
"Diam mulutmu itu, Alogo!" sentak Berta sengit. Dia bangkit dari duduknya dan bergegas ke luar kelas. Â Tiur mengekor di belakangnya.
Kabar Poltak jadi pastor kecil adalah berita buruk untuk Berta. Â Bukan buruk, tapi terburuk pada hari itu. Tiur tahu itu.
"Berta sedih, Poltak. Kawin dengan siapalah dia kelak," bisik Polmer, dengan nada prihatin.
"Dengan kau saja!"Â
"Bah! Gila kau, Poltak. Â Manalah bisa. Berta dan aku kan semarga. Bisa dikutuk nenek-moyang aku!" (Bersambung)