Pesona lembah tampak dari puncak bukit, pesona bukit terlihat dari dasar lembah. Â Sisi barat Danau Toba memiliki semua itu.
Kisah Boru Pareme dan Keturunannya
Orang Batak pertama yang merintis pemukiman baru di sisi barat Danau Toba, keluar dari  Sianjurmulamula, adalah Boru Pareme dan keturunannya. Itu kesimpulan bila merujuk turi-turian, tuturan asal-usul generasi awal orang Batak.
Dikisahkan, Boru Pareme adalah generasi ketiga orang Batak. Dia adalah salah seorang putri Raja Tateabulan, generasi kedua orang Batak yang bermukim di Sianjurmulamula, desa pertama orang Batak. Â Tateabulan, atau Ilontungon, adalah leluhur Batak belahan Lontung.
Sianjurmulamula berada di lembah subur Sagala-Limbong, di kaki barat Gunung Pusukbuhit, pada sisi barat Danau Toba. Desa ini adalah prototipe pemukiman Batak sebagai komunitas lembah.
Selain Boru Pareme, Tateabulan juga memiliki delapan anak lain. Lima orang putra yaitu Raja Biakbiak, Sariburaja, Limbongmulana, Sagalaraja, dan Malauraja. Serta tiga orang putri lagi yaitu Boru Paromas, Boru Bidinglaut, dan Boru Nantinjo.Â
Sariburaja dan Boru Pareme adalah kakak-beradik lahir kembar yang, setelah remaja, saling jatuh cinta. Â Keduanya terbuai cinta, lalu melakukan hubungan badan berulang kali sampai akhirnya Boru Pareme berbadan dua.
Inses antara Sariburaja dan  Boru Pareme  itu aib besar. Rapat keluarga Tateabulan memutuskan untuk membunuh Sariburaja dan membuang Boru Pareme. Tapi, sebelum dieksekusi, Sariburaja sudah lebih dulu lari menyelamatkan diri.
Boru Pareme kemudian dibuang oleh saudara-saudaranya -- Limbongmulana, Sagalaraja, dan Malauraja -- ke sebuah hutan, jauh  di selatan Sianjurmulamula.  Melewati lembah yang kini dikenal sebagai  Harianboho, Sihotang, dan Tamba. Ke satu lembah kosong yang kini dikenal sebagai Desa Sabulan, Kecamatan Sitiotio. Di situ Boru Pareme berdiam di satu tempat yang dinamai Banuaraja.