Menurut cerita, Sariburaja kemudian menyusul Boru Pareme ke Banuaraja Sabulan. Â Mereka tinggal di situ layaknya suami-isteri. Sampai kemudian lahir Raja Lontung, anak hasil hubungan inses mereka. Segera setelah itu, Sariburaja pergi langlang-buana.
Setelah Raja Lontung menginjak usia dewasa, dia menikahi Boru Pareme, ibunya yang menyaru sebagai pariban, putri pamannya. Dari perkawinan inses itu lahirlah tujuh orang putra yaitu Situmorang, Sinagaraja, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, dan Siregar. Serta dua orang putri yaitu Boru Amakpandan dan Boru Panggabean.Â
Dua putri Raja Lontung kemudian kawin dengan dua putra dari garis keturunan Raja Isumbaon atau Sumba, saudara Tateabulan. Isumbaon adalah leluhur Batak belahan Sumba.
Dituturkan, Boru Amakpandan kawin dengan Sihombing dan Boru Panggabean kawin dengan Simamora. Mereka bermukim di lembah sebelah selatan Sabulan. Tempat itu kini dikenal sebagai Desa Tipang, Kecamatan Baktiraja, Humbahas.Â
Suatu peristiwa bencana banjir besar di sisi barat danau kemudian membuat keturunan Raja Lontung tercerai-berai dari Banuaraja Sabulan. Hanya Situmorang yang bertahan di situ, pindah ke dekat pantai danau.Â
Sinagaraja dan Pandiangan pindah ke seberang danau, ke pulau Samosir, ke daerah yang kini dikenal sebagai Urat. Nainggolan juga ikut ke sana, ke daerah yang kini dikenal sebagai Nainggolan.
Simatupang dan Aritonang pindah ke selatan, ke Pulau Pardopur, sekarang disebut Pulau Sibandang-Muara, Tapanuli Utara. Â Siregar sempat menyeberang ke Sigaol Samosir. Tapi kemudian, atas undangan dua kakaknya, pindah ke lembah Muara, di seberang Pulau Sibandang. Â
Genealogi Batak Sisi Barat Danau
Kisah Boru Pareme dan keturunanya adalah bagian dari cerita pembentukan bentang alam sisi barat Danau Toba. Setelah dibentuk letusan Gunung Toba, lalu ditempa perubahan iklim dari masa ke masa, Â datanglah campur-tangan budaya manusia Batak.Â
Generasi-generasi awal orang Batak, diperkirakan sekitar abad 11-13,  telah membentuk  ekologi budaya sawah di lembah-lembah sisi barat danau. Modelnya adalah komunitas lembah persawahan bentukan Siraja Batak di Sianjurmulamula.
Ekologi budaya sawah itu kemudian dikembangkan secara luas di seluruh lembah Sagala-Limbong. Lembah ini menjadi wilayah marga Limbong dan Sagala serta turunannya.