Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Para Pembaca Emosional di Kompasiana

29 Oktober 2021   05:24 Diperbarui: 29 Oktober 2021   05:55 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iustrasi dari unsplash.com/jelleke vanooteghen via idntimes.com

"Pembaca emosional sangat berkuasa mendudukkan artikel-artikel bermutu rendah di ruang terpopuler." - Felix Tani

Kutipan di atas saya ambil -- dengan sedikit perubahan redaksional -- dari artikel "Hasil Penelitian, Mayoritas Kita Pembaca Emosional" (Kompasiana, 24/12/2014). Artikel itu saya tulis untuk menjelaskan mengapa artikel bermutu rendah bisa bertengger di ruang "Terpupuler" (waktu itu istilahnya "Trending Topic"). 

Seandainya Mas Yos Mo tidak me-rate artikel lawas itu beberapa hari lalu, saya tak akan ingat pernah menulisnya. Terima kasih untuk Mas Yos yang, entah dengan cara bagaimana, bisa mengakses artikel yang sudah berada  di dasar tumpukan arsip itu. 

Mengapa artikel itu saya angkat kembali di sini? Sebab dia bisa menjelaskan mengapa artikel bermutu rendah bisa memanen views berjibun dan meraja di ruang "Terpopuler".

Emosi. Itulah faktor penentunya. Tepatnya, para pembaca emosionallah yang telah menjadikan suatu artikel menjadi "terpopuler" atau trending di Kompasiana (K).

Dalam artikel tadi, hal itu saya buktikan dengan kasus dua artikel bermutu rendah yang saya agihkan di K. Satu artikel repetisi berita penganuliran hasil survei yang memenangkan Prabowo pada Pilpres 2014. Satunya lagi artikel hoaks tentang pilot Garuda yang mengadukan musisi Ahmad Dhani kepada polisi.

Dua artikel itu menjadi "terpopuler" karena ulah para pembaca emosional. Berita penganuliran hasil survei itu langsung disantap oleh pembaca yang secara emosional berpihak pada Jokowi atau Prabowo. Sementara artikel satu lagi disantap pembaca yang emosional pada Ahmad Dani karena mengatai pilot Garuda "Kampret".

Sempat terpikir, setelah tujuh tahun berlalu, pembaca emosional di Kompasiana (K) berkurang karena telah berubah menjadi pembaca rasional. Ternyata saya salah. Pembaca emosional tetap menjadi kelompok mayoritas di K. Kuasa merekalah yang menempatkan artikel-artikel bermutu rendah di ruang "Terpopuler".

Apa kriteria artikel "bermutu rendah"? Walau tak sepenuhnya percaya pada kriteria penilaian Admin K, agar objektif, saya terima saja keputusan Admin. Artikel bermutu di Kompasiana adalah artikel yang naik ke ruang "Artikel Utama" (AU). Titik!

Perhatikan baik-baik. Mayoritas artikel yang bercokol di ruang "Terpopuler" bukan kategori AU. Berarti bukan artikel bermutu tinggi menurut ukuran Admin K. Artikel bermutu tinggi lazimnya bisa tembus ke ruang "Terpopuler" apabila penempatannya sebagai AU mendulang banyak views.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun