Adakah yang salah dengan itu?  Tidak, kecuali Admin Kompasiana memaknai voice, opini bermakna, sebagai tulisan-tulisan yang sesuai dengan rambu-rambu aturan dan program-program terarah (topil, kompetisi) Kompasiana. Â
Jika pengertian terakhir ini yang dimaksud dengan voice, opini bermakna, maka saya harus katakan, slogan "From Noise to Voice" itu adalah pembungkaman "suara-suara anarkis", atau "suara-suara alternatif". Lantas, apa bedanya dengan sebuah rezim penguasa yang tak sudi mendengar "suara lain"?
Di telingaku, slogan "From Noise to Voice"Â itu terdengar sebagai peringatan keras, "Jangan gaduh! Kalau gaduh, saya gebuk!"
Saya harus mohon maaf kepada Admin Kompasiana pada usia Kompasiana yang ketigabelas ini. Â Sebab selama tujuh tahun berkompasiana, secara sadar saya telah menciptakan noise di sini. Artinya, nol tahun untuk voice dariku.
Tapi jangan khawatir. Â Masih ada tahun-tahun ke depan. Â Sekurangnya untuk satu tahun ke depan, mudah-mudahan artikel-artikelku tetap menjadi noise di Kompasiana.
Selamat Ulang Tahun Ke-13, Kompasiana. Â Dari seorang Kompasianer Noise, seorang Tukang Bising. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H