Harus diakui, Kompasiana dibesarkan oleh politik. Maksud Engkong Felix, kontestasi politik nasional 2014 dan 2019, dengan selingan Jakarta 2017, telah membuat Kompasiana riuh-rendah oleh opini pro-kontra  dan, karena itu, banjir pembaca. Waktu itu spoiler manga dan anime tak lebih dari sekadar kegilaan bagi anak sekolahan. Â
Pada masa itu Kompasiana disesaki para penulis "besar" politik. Tulisan mereka sangat berani dan selalu menangguk ribuan pembaca. Engkong tak hendak menyebut nama-nama mereka karena kuatir jadi  "besar kepala".Â
Lagi pula hampir semua sudah pensiun dari Kompasiana. Yang masih bertahan adalah Susy "The Last of the Mohicans" Haryawan. Â
Sebenarnya ada seorang lagi yang masih bertahan: Pebrianov alias Prov(okator) Al Pepeb. Â Menggunakan pisau analisis posmo, tulisan-tulisan politiknya selalu tajam dan terpercaya.Â
Sayang, ambisi menjadi Admin 2222 telah mengubah jalan hidupnya. Sekarang dia sibuk bikin baliho kampanye Admin Kompasiana 2222. Jargonnya: Setiap Artikel Langsung Headline!
Sampai 2020 sisa-sisa kejayaan artikel politik di Kompasiana masih tampil dengan generasi penulis "baru". Â Semisal Fery Widiatmoko dan Ajinatha. Keduanya pernah mendapat sanksi blokir akun dari Admin K.
Artikel-artikel mereka selalu menempati slot terpoluler dan nilai tetinggi di Kompasiana. Raihan K-Rewardsnya ada di puncak piramida. Tak macam Engkong yang K-Rewardsnya gak cukup bayar soto Mas Karso.
Pada tahun 2020 juga Engkong menulis artikel-artikel kritik untuk artikel politik Kompasiana. Bukan mengritik penulisnya tapi isi artikelnya. Menurut Engkong, isi artikel-artikel politik tahun 2020 tidak sebernas sebelumnya.Â
Ada kecenderungan reproduktif, mengulang berita media arus-utama, tanpa data baru dan analisis ketat. Engkong bilang waktu itu: dangkal, reproduktif, dan repetitif. Cuma menang heboh saja, semacam air beriak (tandanya apa?)Â
Benar saja. Memasuki 2021, dominasi artikel politik di slot terpopuler berhasil ditumbangkan oleh artikel-artikel spoiler "manganime" (manga dan anime) dari pendatang baru, Steven Chaniago dan kawan-kawan. Â