Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Inilah Derita Admin Kompasiana

29 Juli 2021   06:25 Diperbarui: 29 Juli 2021   10:18 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaji yang kecil. Itu derita paling utama. Bayangkan, gajinya hanya sekitar 1.0 persen dari gaji Wakil Komisaris Utama sebuah bank BUMN sebesar Rp 1.2 milyar per bulan. Kalau boleh memilih, Mas Nurulloh, COO Kompasiana pasti lebih suka jadi Wakil Komut bank BUMN. Kalaupun syaratnya harus menjadi rektor PTN dulu, dia pasti maulah.

Jam kerja melebihi jam kerja matahari. Itu derita utama. Matahari hanya melotot 12 jam per hari. Admin Kompasiana (Min K) memelototi 300 artikel selama 24 jam per hari. Sementara Wakil Komut bank BUMN hanya memelototi laporan direksi rata-rata 1 jam per hari.

Dari segi jumlah jam kerja, hanya Gerbang Tol Otomatis (GTO) yang mampu mengimbangi Min K. Tapi GTO terima duit setiap kali terangkat. Sedangkan Min K hanya terima duit sekali di akhir bulan, 15 hari sejak mie instan lebih sering masuk ke lambung.

Menimbang beban kerja yang melebih beban rodi itu, bisalah dimaklumi bila Min K terkadang hilang konsen lalu salah pencet sehingga artikel tip dan cara jadi Artikel Utama (AU). Cilakanya, Kompasianer mengira artikel tip dan cara adalah selera Min K, sehingga menulis lagi artikel serupa. Eh busyet, jadi AU lagi, Mak Jang!

Kompasianer nyinyir bin reseh. Itu derita agak utama. Dari sekitar 400.000 Kompasianer sebenarnya hanya ada satu orang yang nyinyir bin reseh. Selebihnya, 399, 999 orang adem-ayem saja, sepanjang K-Rewards lancar. 

Satu orang Kompasianer itu, yang bikin Min K susah dan resah, adalah Felix Tani, tukang kritik Min K yang tak kenal lelah. Untungnya Felix Tani sudah lansia, sehingga masa edarnya di Kompasiana tak akan lama lagi. Target Felix Tani hanya ingin hidup 20 tahun lagi.

Ada selentingan bilang Admin K sampai gak bisa tidur nyenyak gara-gara artikel nyinyiran Felix Tani. Lha, bukannya jam kerja Admin K itu 24 jam? Kalau tidur nyenyak, gimana cara kurasi artikel yang masuk? Bisa-bisa semua artikel AU, atau malah "dilet" (delete).

Kompasianer habulis genre kamasutra. Itu derita biasa. Min K sudah punya resep jitu untuk mengatasinya: dilet.  Begitulah, artikel-artikel habulisme Daeng Rudy Gunawan dan Mas Jati Kumoro langsung didilet Min K.  Beres? Ya, gaklah. Daeng Rudy dan Mas Jati nulis artikel kamasutraan lagi. 

Bagi Min K artikel kamasutraan itu ibarat slilit selepas makan iga bakar. Slilit, dibuang eman-eman, ditelan ... gimana, ya? Ada saran?

Konon Daeng Rudy kini bikin Min K ketar-ketir.  Sebab sudah 4 kali artikel kamasutraannya kena dilet.  Sekali lagi terjadi, berarti "Daeng Rudy Endgame".  Itu artinya satu-satunya aset numerolog cum kamasutralog pemegang rekor MURI lenyap dari Kompasiana.  Min K tak mau itu terjadi.  Maka Daeng Rudy kini dibebaskan menulis apa pun, yang penting bukan Artikel Utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun