Mahasiswa aktivis BEM di universitas-universitas kita ternyata takbisa berbahasa Indonesia. Itu bukan hoaks. Ada bukti-buktinya.
Bukti 1. BEM Universitas Indonesia (UI) membagikan meme "Jokowi: The King of Lip Service" (dengan gambar Jokowi mengenakan mahkota raja) di medsosnya. Itu kan Bahasa Inggris. BEM UI taktahu padanannya dalam Bahasa Indonesia. Mengapa tak ditulis "Jokowi: Sang Raja Reparasi Bibir", atau "Jokowi: Sang Raja Jasa Bibir", atau "Jokowi: Sang Raja Layanan Bibir"? Mahasiswa kok kalah kreatif sih sama abang "Serpis Lepis"?
Bukti 2. BEM Universitas Udayana (Unud) membagikan meme "(Jokowi) The Guardian of Oligarch" (meniru format poster film dengan tampilan Jokowi sebagai bintang utama) di medsosnya. Mengapa tak ditulis "Jokowi: Sang Pengawal Oligark", atau "Jokowi: Centeng Oligark?"
Bukti 3. Â Baru-baru ini beredar poster ajakan unjukrasa jalanjauh -- diduga dari mahasiswa -- Â dengan teks seruan "Jokowi End Game" (tipografinya macam judul cerita horor). Mengapa tak ditulis "Jokowi Permainan Berakhir", atau "Jokowi Permainan Selesai"?
Lalu di bawah teks seruan utama itu ada teks penjelas begini:
"Mengundang seluruh elemen masyarakat!! untuk turun kejalan menolak PPKM dan menghancurkan Oligarki istana beserta jajarannya."
Busyet! Untung Daeng Khrisna sedang berada di luar batas sinyal. Kalau sampai dia baca itu, bisa meradang dia dalam tiga artikel kritik bahasa. Mana ada tanda seru di tengah kalimat! Dua pula! (artikel tanda baca) Mana ada kata "kejalan"! Frasa yang benar "ke jalan"! (artikel katadepan). Huruf pertama kata "oligarki" itu huruf kecil kalau bukan kata pertama  dalam kalimat! (artikel huruf kapital)
Ada pula frasa "oligarki istana beserta jajarannya". Â Oligarki itu "kelompok kecil penguasa". Â Tak pakai jajaran segala. Â Jajaran itu menunjuk pada personalia birokrasi. Â Oligarki itu bukan birokrasi. Â Lalu, apa pula itu "oligarki istana"? Â Apakah maksudnya kepala rumahtangga istana (beserta orang-orang kepercayaannya)? Â Bukan Jokowi, dong.