Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mata Guru Roha Sisean

28 Juni 2021   15:58 Diperbarui: 28 Juni 2021   16:49 2021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto dari sesawi.net

[PROLOG]

Aku mengaku, sebagai saksi-pelaku, kepada duli puan dan tuanku, bahwa aku telah cacat laku, dalam menjalankan kewajibanku, pada suatu masa yang menerungku,  di sebuah negeri yang melolohku. 

[SATU]

Aku seorang aparatur negeri. Tiap hari kusaksikan sesama aparatur merampok duit dari peti kas negeri. Lalu foya-foya hamburkan itu duit seakan tanpa nomor seri. Lupa kepada rakyat miskin yang menanggung lapar takterperi.

Aku seorang aparatur negeri. Telah satukan diri dengan sesama aparatur yang merampok duit dari peti kas negeri. Ikut foya-foya aku hamburkan itu duit sampai ke luar negeri. Kubiarkan rakyat miskin busung lapar dari hari ke hari. 

Aku  seorang aparatur negeri.  Telah kuteladan apa yang dilihat mata lahirku di kantor setiap hari. Kutepis segala kebajikan dan kebijakan yang nuraniku beri. Tentang keutamaan hak pangan rakyat miskin di pelosok negeri.

[DUA]

Aku seorang politisi. Tiap hari kusaksikan sesama politisi bersekongkol dengan aparatur negeri merajut jaring kolusi. Merampok duit dari peti kas negeri di pejam mata polisi. Lalu menghamburkan itu duit di depan rakyat miskin tanpa ada setitik pun risi.

Aku seorang politisi. Telah senyawakan diri dengan sesama politisi bersama aparatur pengidap hipokrisi. Kuikut merampok duit rakyat lewat kolusi yang ramah polisi. Kubiarkan konstituen miskin mengemis di tepi jalan dengan perut tak terisi.

Aku seorang politisi. Telah kuteladan apa yang sehari-hari dilihat mata lahirku di gedung parlemen yang seksi. Kuingkari bisik nurani untuk setia pada amanat konstitusi. Tentang keutamaan hak rakyat miskin akan sesuap nasi.

[TIGA]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun