Just make it simple, guys!
Ini humor empirik. Â Bukan hoaks bukan dusta. Sungguh terjadi. Â Pengalaman sendiri. Â Percaya boleh, takpercaya rugi.
Mundur ke tahun 1983. Â Poltak dan teman-temannya, sesama mahasiswa, melakukan studi-tour ke Lampung. Â Mendatangi sejumlah pemukiman transmigrasi di Metro, Way Abung, dan Kotabumi. Â Belajar dari petani transmigran.
Sewaktu di Way Abung, Poltak menderita demam tinggi. Â Tidak jelas apa penyebabnya. Tapi sejak itu dia merasa badannya tak segar, bahkan pada saat bangun pagi.
Lebih parah lagi, rambutnya mulai rontok. Jangankan saat sisiran. Â Kepala dielus-elus juga berakibat rambut rontok. Â Mungkin, jika tertiup angin kencang, rambut Poltak pada copot juga dari kepalanya. Â
"Wah, rambutmu rontok!" teriak Budi, teman sekamarnya di penginapan. "Hei, ulat bulu juga tau rambutku rontok!" umpat Poltak dalam hati.
Kalimat yang diharapkan Poltak adalah kalimat solutif. Bagaimana menghentikan kerontokan rambut. Â Itu saja.
 "Pakai sampo orang-aring,"  saran temannya, seorang mahasiswi yang rambutnya hitam tebal sebahu.  Tak perlu disebut namanya di sini. Pokoknya, bukan Berta.Â
Tapi diduga keras dia pengguna sampo orang-aring yang sering diiklankan dalam acara Mana Suka Siaran Niaga TVRI waktu itu. Poltak suka banget pada iklan itu. Bukan pada sampo atau modelnya. Tapi pada kibadan rambutnya. Benar-benar berkibar.
"Atau pakai sampo N**il," saran seorang mahasiswi lainnya. Â Rambutnya juga hitam tebal. Â Tidak sebahu, tapi seleher. Dia juga bukan Berta.