Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #058] Menyambut Ratu Belanda Si Penjajah

17 Juni 2021   16:20 Diperbarui: 17 Juni 2021   17:59 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase olwh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Ratu Juliana itu Ratu Negara Belanda.  Pangeran Bernhard itu suaminya."

"Apakah Belanda mau menjajah kita lagi, Gurunami?

"Tidak, Poltak!"  Suara Guru Marihot mulai meninggi.

"Mengapa kita harus menyambut kedatangan ratu Belanda penjajah itu, Gurunami.?"

"Bah!  Pandai pula kau bertanya.  Sekarang kita tak dijajah lagi.  Kita sudah merdeka.  Indonesia dan Belanda sudah berdamai. Sekarang sudah bersahabat.  Paham kau, Poltak!"

"Mana pahamlah aku," tukas Poltak dalam hati.  Meski tidak puas pada penjelasan Guru Marihot, Poltak memilih untuk mengangguk lalu diam.  Sebab nada suara Guru Marihot sudah semakin meninggi.

Akan halnya Guru Marihot, dia sangat heran mengapa ada anak yang gemar bertanya kritis seperti Poltak.  "Barangkali anak ini sarapan nasi dan telur rebus tiap pagi.  Bukan sarapan singkong rebus dan ikan asin bakar," pikirnya.  

Murid-murid SD Hutabolon berangkat ke Girsang, Parapat naik motor prah.  Motor prah itu, milik seorang pengusaha kilang beras di Girsang, disewa kepala sekolah untuk sekali jalan.  Sebanyak enampuluh lima orang anak berdiri berjejal di dalam baknya. 

Setelah pintu bak di bagian belakang motor prah dikancingkan, dari luar hanya terlihat bendera-bendera kertas merah-putih dan merah-putih-biru berkibaran. Itu bendera-bendera penyambutan Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard.

Murid-murid SD Hutabolon diangkut seperti sekawanan kambing ke pasar hewan.  Sementara dua orang guru pengawal, Guru Marihot dan Guru Manaor dari kelas lima,  duduk tenang di kabin supir, murid-murid terpontal-pontal di dalam bak mengikuti arak tikungan yang tak kunjung habis sepanjang jalan ke Girsang. 

Tapi kondisi itu ternyata menjadi sumber sorak-sorai dan gelak-tawa bagi mereka.  sarena itu Sulit untuk tidak mengatakan perjalanan itu sebagai perjalanan sarat suka-ria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun