Dua Anekdot
Anekdot pertama. Seorang anak laki berdoa tiap malam kepada Tuhan. Mohon agar ibunya, seorang janda, membelikan sepeda sebagai hadiah ulang tahun baginya.Â
Ibunya, yang mendengar anaknya berdoa tiap malam, menjadi sedih. Sebab dia tak punya uang untuk mengabulkan doa anaknya.
"Nak, jangan sedih, karena Tuhan belum mendengar doamu," hibur Si Ibu tepat pada hari ulang tahun anaknya. "Tuhan mendengar doaku, Bu," jawab Si Anak sambil tersenyum bahagia.Â
Ibunya terkesiap, "Lalu, kenapa doamu tak terkabul, Nak?" Sambil memeluk ibunya, "Tuhan bilang, 'Sabar Anak-Ku, ibumu belum punya cukup uang untuk membeli sepeda untukmu'," jawab Si Anak.Â
Ibunya memeluk erat Si Anak. Air mata haru dan bahagia mengalir di dua pipinya.
Anekdot kedua. Murid-murid sebuah sekolah di suatu pesisir pulau ingin bukit batu besar di depan sekolah mereka hilang. Agar mereka menfapat pemandangan indah ke laut lepas.Â
"Mari kita berdoa tiap pagi kepada Tuhan. Mohon agar bukit batu itu dihilangkan dari pandangan," ajak Kepala Sekolah. Maka seluruh murid dan guru sekolah itu berdoa setiap pagi.
Dua bulan kemudian, seorang pemborong proyek konstruksi datang membeli bukit batu itu. Batu tersebut hendak dijadikan bahan pengerasan jalan.Â
Hanya dalam tempo sebulan, bukit batu itu telah rata tanah, hilang dari pandangan mata. Murid-murid dan para guru sekolah itu kini dapat menikmati pemandangan laut permai dari depan sekolah mereka.
Satu Fakta